Ibu Warni, Meski Cacat Kaki Tapi Pantang Mengemis

Solo - Namanya ibu Warni, beliau seorang penjual jamu di daerah pasar kliwon. Saat perjalanan mencari rumah ibu Warni, harus menelusuri gang-gang kecil yang padat  penduduk. Setelah bertanya tanya ke beberapa penduduk, akhirnya sampai di sebuah rumah kecil berdindingkan seng ala kadarnya. Tanah itu pun bukan milik ibu Warni, tetapi tanah pemerintah yang dibikin rumah untuk tempat tinggal ibu Warni beserta keluarganya. 

Pukul 09.30 WIB,  saat ingin mengucap salam terlihat seorang perempuan menggunakan mukena sedang sholat dhuha di ruangan yang sempit yang terlihat dari luar rumah. Suasana itu sontak mengusik hati. Terenyuh, haru dan mengingatkan akan ceramah seorang ustadz yang menyampaikan saat rajin melaksanakan sholat dhuha hidup terasa tenang, berkah, merasa selalu cukup. Walaupun sedang keadaan tidak memiliki uang, dengan melakukan sholat dhuha merasa tenang dengan memohon kepada Allah dan ikhtiar.

Suami ibu Warni, selama ini bekerja sebagai tukang rosok. Sementara anaknya yang sudah lulus sekolah belum bisa mencari pekerjaan yang layak dikarenakan belum memiliki ijazah. Sekolah belum bisa menyerahkan ijazah putra ibu Warni, karena masih ada tunggakan uang SPP selama 1 tahun.

Dengan mata berkaca kaca, mencoba menahan air mata yang akan tumpah ibu Warni menyampaikan ingin sekali mempunyai usaha permak baju untuk menambah penghasilannya. Dengan keterbatasan fisiknya tidak membuat ibu Warni minder ataupun menyerah dalam menjalani hidup. Allah sudah memberikan porsi rejeki kepada masing-masing diri kita, tugas kita ikhtiar menjemput rejeki tersebut karena rejeki yang diberikan Allah itu harus dijemput, ucap ibu Warni.Dan semangat ini pula yang membuat ibu Warni giat bekerja dan pantang mengemis.

Pelajaran berharga dari beliau ibu Warni, meski hidup serba terbatas, baik ekonomi maupun fisik tetapi semangat untuk beribadah dan bekerjanya sungguh luar biasa. Semoga Allah memberikan kesehatan selalu, melancarkan rejekinya dan memudahkan segala urusannya. Aamiin

 

Peduli adalah solusi

 

Sumber: team pendayagunaan solopeduli