SUKOHARJO- Yohananto Purnomo (48) adalah seorang mualaf yang telah 30 tahun memeluk Islam. Latar belakang keluarganya yang kental dengan nuansa Katolik tak menghalangi hidayah Allah untuk sampai padanya. Maka setelah tertarik dengan ajaran Islam ia memutuskan untuk bersyahadat di usia 19 tahun.
Kehidupannya sebagai seorang mualaf terbilang tidak mudah. Tempaan hidup terus menderanya, namun semua ia jalani dengan ikhlas. AwalnyaYohananto bekerja sebagai marketing di salah satu koperasi jasa keuangan syariah (KJKS). Ia bangga bisa bekerja di lembaga syariah dan turut berperan dalam kemajuan ekonomi syariah.
Selama 14 tahun ia megabdi di lembaga tersebut dan ia termasuk pegawai yang turut mengembangkan lembaga dari nol. Awalnya ia menerima gaji sebesar 200 ribu. Setelah 14 tahun gajinya menjadi 500 ribu (gaji kotor).
Sebagai marketing, kendaraan menjadi hal yang amat penting, namun karena Yohananto tidak memiliki motor, maka suatu lembaga keuangan memberikan pinjaman sebesar 5 juta untuk membeli motor. Dengan uang tersebut ia mendapat sebuah motor yang ia gunakan untuk bekerja.
Dengan gajinya yang kecil tentu ia kesulitan mencicil utangnya, jangankan membayar hutang, untuk kebutuhan sehari-hari saja ia kesulitan. Akhirnya setelah 14 tahun hutangnya menjadi 57,7 juta. April tahun lalu ia keluar dari KJKS. Setelah mengabdi sekian lama kehidupannya tidak berubah, justru menjadi lebih sengsara karena menanggung hutang yang terbilang banyak tersebut.
Yohananto mengikuti pelatihan mengemudi setelah melihat brosur yang tertempel di papan pengumuman masjid di desanya. Ia memutuskan ikut pelatihan agar bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membayar hutangnya.
Rabu (18/1) LKP Solopeduli memberikan bantuan biaya pengurusan pembuatan SIM kepada Yohananto Purnomo. "Alhamdulillah, setelah mendapat SIM, sudah ada lembaga yang nantinya akan mempekerjakannya sebagai drivermobil perpustakaan keliling," ujar Adi, Koordinator LKP Solopeduli. (Adi/Yofi)