WONOGIRI—Pada Senin (7/8), Solo Peduli menyalurkan santunan hidup untuk Pak Sakad (52). Pria yang hingga kini belum menikah tersebut tinggal di Dusun Ngandongrejo RT 02/02, Desa Songbledeg, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri. Saat dikunjungi Solo Peduli, Pak Sakad terlihat hanya duduk di atas tempat tidur. Sehari-hari Pak Sakad memang hanya di rumah sebab kondisi kakinya yang sedang sakit. Dia tinggal bersama keponakan, Ahmad Minawan (24) yang siang itu juga ikut menemani Pak Sakad menyambut Tim dari Solo Peduli.
Pak Sakad dan Ahmad tinggal di sebuah rumah yang cukup sederhana. Rumah itu pun bukan milik mereka sendiri. Sementara ini mereka menumpang di rumah milik tetangga. Kondisi mereka memang memprihatinkan sebab Pak Sakad tidak bekerja dan Ahmad hanya kerja serabutan yang tidak berpenghasilan pasti. Beragam cerita tentang kondisi keluarga pun kemudian mengalir dari keduanya.
Baca Juga: Bantuan Kursi Roda untuk Mbah Samiyem, Penderita Pengapuran Usus
Kondisi yang serba sulit itu dimulai enam tahun lalu, saat kaki Pak Sakad mulai sakit. Kejadian itu bermula ketika Pak Sakad memanjat pohon buah sawo dan terpeleset jatuh. Kaki di bagian betis patah. Warga yang melihat kejadian itu langsung membawa Pak Sakad ke Puskesmas terdekat. Disebabkan peralatan yang kurang memadai, Pak Sakad pun dirujuk ke RSUD Wonogiri untuk menandapatkan penanganan yang lebih maksimal. Berdasarkan pemeriksaan, kaki Pak Sakad harus dioperasi. Operasi pun berhasil dilakukan. Kaki Pak Sakad disambung dengan pen. Setelah tiga tahun, pen harus segara diambil. Namun, operasi untuk mengambil pen itu membutuhkan biaya dan Pak Sakad tidak mempunyai dana, operasi pengambilan pen pun urung dilakukan.
Akibat tidak diambilnya pen, kaki Pak Sakad mengalami pembusukan. Dua tahun berselang, operasi pengambilan pen baru dilakukan. Kini, kondisi Pak Sakad dalam masa pemulihan dan harus kontrol setiap obat habis. Sejauh ini, Pak Sakad berobat menggunakan Jamkesmas. Kondisi kakinya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, tetapi masih belum bisa digunakan untuk banyak aktivitas, apalalgi aktivitas pekerjaan berat.
Kondisi Pak Sakad kian memprihatinkan ketika kini rumah yang dia tempati diminta oleh pemiliknya. Pak Sakad dan Ahmad kebingungan untuk mencari tempat tinggal. Kedua orangtua Pak Sakad sudah meninggal. Saudara-saudara Pak Sakad juga sudah meninggal. "Adik perempuan saya, yang juga ibunya Ahamd, sudah meninggal. Suaminya menikah lagi dan kemudian pergi, Ahmad tidak diurusi," urai Pak Sakad. Singkatnya, antara Pak Sakad dan Ahmad bisa dikata hanya hidup berdua, tanpa saudara. Ahmad sebelumnya pernah merantau untuk bekerja, tetapi melihat kondisi pakdhenya yang membutuhkan bantuan untuk merawat, Ahmad pun kembali ke desa dan merawat Pak Sakad.
Rencananya, warga Dusun Ngandongrejo hendak membangun rumah untuk Pak Sakad. Pak Sakad masih mempunyai lahan seluas 24 meter persegi warisan orangtua. Di atas lahan tersebut akan dibangun rumah untuk Pak Sakad. Biaya yang dibutuhkan tidaklah sedikit sebab lokasi tanah tersebut di kemiringan dan perlu diratakan dahulu sebelum dibangun rumah. "Ya, rumah sederhana ukuran 4x6 saja sudah cukup. Yang penting bisa buat kami tinggal," kata Ahmad ketika ditanya terkait rencana pembangunan rumah tersebut.
Menurut pengakuan Pak Sakad, warga sekitar siap membantu dan menyediakan tenaga untuk pembangunan rumah tersebut. Pak Sakad dan Ahmad membutuhkan uluran bantuan kita semua untuk membeli bahan material seperti asbes, kayu, atau bambu. Selain untuk rumah sederhana, Pak Sakad dan Ahmad juga ingin memiliki kamar mandi agar perawatan luka kakinya bisa segera sembuh. Siang itu, Solo Peduli menyalurkan bantuan berupa sembako untuk kebutuhan makan sehari-hari. (Wirli/Kajay)