Beberapa bulan terakhir ini jarang turun hujan atau bahkan di beberapa wilayah sudah lama hujan tidak turun sama sekali. Hal ini yang menandakan bahwa musim kemarau tengah melandaa. Ada 317 Kecamatan di Jawa Tengah atau sekitar 1.100 desa yang tersebar di berbagai wilayah tengah mengalami kekeringan. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah menetapkan status darurat rawan kekeringan.
Hal tersebut di atas disampaikan oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Jawa Tengah, Sarwa Pramana, saat menghadiri rapat di Pemerintah Kabupaten Boyolali, pada Rabu (2/9). BMKG memprediksi awal Oktober sudah mulai ada potensi hujan. Namun, curah hujan mulai relatif tinggi pada pertengahan atau akhir Oktober 2017. Kondisi tersebut menandakan akhir bulan September atau awal Oktober akan menjadi puncak kemarau tahun ini sehingga seluruh Pemkab dan penduduk harus menyiapkan diri menyambut status darurat kekeringan yang telah ditetapkan oleh Pemprov Jateng di atas.
Beberapa Duta Peduli dari Solopeduli menginformasikan bahwa di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito kondisinya sudah menghawatirkan. Banyak masyarakat di daerah sana yang sangat membutuhkan bantuan air bersih. Sementara itu, di sebuah desa di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, rela menjual hewan ternaknya demi mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan memasak dan kebutuhan pokok lainnya. Solopeduli melalui program Berbagi Sejuta Liter Air Bersihsiap menyalurkan infaq sedekah air bersih dari para donatur ke berbagai lokasi kekeringan yang sudah masuk daftar penyaluran. (Wahnuri/Kjay)