Menyambut Milad 21 Tahun, SOLOPEDULI Gelar Webinar Kesehatan

Dua Ratusan Ibu Hamil dan masyarakat umum mengikuti acara Webinar Kesehatan. Acara ini merupakan rangkaian kegiatan menyambut 21 Tahun SOLOPEDULI. Kegiatan ini merupakan Program Kesehatan Klinik Rawat Inap SOLOPEDULI bekerjasama dengan Rumah Sakit JIH Solo sebagai wujud kepedulian dalam bidang kesehatan khusus bagi ibu hamil di Masa Pandemi Covid-19. Webinar Kesehatan Gratis ini berlangsung pada hari Sabtu, 19 September 2020 pukul 09.00-11.30 WIB dengan fasilitas live di Zoom dan Youtube. Adapun pengambilan Live Talk Show Pembicara bertempat di Studio Mini SMK SOLOPEDULI.

Peserta yang terdiri dari Ibu-ibu hamil, Para medis, dan masyarakat umum ini sudah antusias mendaftar di Grup Whats App Webinar sejak H-3. Acara dimulai sejak pagi dengan registrasi akun di ZOOM dilanjutkan live streaming Webinar Kesehatan. Acara dimulai dengan pemaparan dari Keynote Speaker Direktur Utama SOLOPEDULI, Sidik Anshori, S.Sos.I,. ”Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ada lebih dari 400.000 kehamilan tak terencana selama masa pandemi ini. Maka dengan mengikuti acara ini diharapkan para peserta dan ibu-ibu hamil memiliki bekal pengetahuan selama proses kehamilan di masa pandemi. Kami juga menyampaikan terimakasih banyak kepada Rumah Sakit JIH Solo yang telah bekerjasama dalam acara ini,” jelas Direktur Utama SOLOPEDULI, Sidik Anshori.

Webinar ini menghadirkan 3 narasumber, yang pertama diisi oleh Ustadz Dr. Hanifullah Syukri,M.Hum selaku penceramah dan pengajar di UNS Solo. Dalam materinya beliau menyampaikan agar tidak takut untuk melahirkan walau di masa pandemi. ”Dokternya muslim, insya Allah selalu mengawali dengan bismilah. Prakteknya juga syari, maka yakin, meskipun pandemi tetap bertawakal dan mencari dokter yang bagus, selektif memilih klinik yang islami agar bisa menguatkan hati. Kemudian serahkan kepada dokternya dan kru nya dan terakhir kita berdoa,” jelas pembicara pertama, Ustadz Dr. Hanifullah Syukri,M.Hum.

Pemateri kedua memaparkan materi dari segi medis, yakni penanganan kehamilan persalinan dan nifas dimasa pandemi. Materi ini diisi oleh Dokter Spesialis Kandungan dari Rumah Sakit JIH Solo yaitu dr. Osa Kautsar Heridho, Sp.OG, M.Kes. Ia menyampaikan awal mula munculnya pneumonia jenis baru pada Desember 2019 di Wuhan, yang sekarang dikenal dengan nama Covid-19. Manifestasi klinis covid 19 secara umum terdiri dari masa inkubasi (waktu yang diprlukan kuman untuk berkembangbiak di dalam tubuh sehingga seorang akan menunjukan gejala awalnya 4-5 hari setelah kontak hingga 14 hari, gejala paling banyak demam 83-99 %, batuk kering 59-82 %, kelelahan, nafsu makan menurun, sesak nafas, batuk berdahak, dan nyeri otot. Pada pasien usia tua kadang munculnya delayed, tertunda, sedang pada anak kadang sering serupa tapi gejalanya lebih ringan.

”Covid -19 dalam kehamilan gejalanya hampir sama pada yang bukan kehamilan, Infeksi covid 19 dapat menimbulkan gejala klinis ringan, sedang atau berat yang antara lain ; demam (suhu lebih dari 38 derajat Celsius), batuk dan kesulitan bernafas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran nafas lain. Ibu hamil dan bayi baru lahir memilki resiko lebih tinggi untuk terjadinya penyakit berat, morbiditas dan mortalitas dibandingkan dengan populasi umum, jadi tingkat keparahan dan tingkat kematian lebih tinggi dari umum karena kehamilan banyak faktor seperti stres martenal, bayi baru lahir rentan terhadap infeksi, imunitas belum sempurna. covid sampai sekarang masih menjadi penyakit baru, penelitian lebih lanjut masih belum jelas, covid dalam kehamilan masih belum jelas jadi apakah bisa melalui rute tra plasenta atau ari-ari ibu menyebar ke janin, itu masih dilakukan penelitian dan belum ada laporan yang pasti,” jelas dr. Osa Kautsar Heridho, Sp.OG, M.Kes.

Covid-19 adalah virus terbaru, dari data yang didapatkan resiko covid-19 pada kehamilan meningkatakan resiko prematuritas/kelahiran prematur sebanyak 47 %. Transmisinya masih dalam penelitian tetapi secara umum. Infeksi virus pernafasan dapat terjadi melalui kontak langsung dan tak langsung, droplet spray dalam jarak transmisi yang dekat, aerosal dalam jarak transmisi yang lebih jauh.

Dalam pemaparannya dr. Osa Kautsar Heridho, Sp.OG, M.Kes. juga menyampaikan bahwa rekomendasi Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI) mengenai kesehatan ibu pada pandemi covid -19, untuk usia kehamilan tri semester satu memang tidak disarankan pemeriksaan antenatal (pemeriksaan langsung ke dokter atau bidan atau medis) kecuali bila ada keluhan atau kecurigaan kehamilan diluar kandungan, tanda bahayanya nyeri perut, perdarahan pervaginam, intake sulit karena mual/muntah berlebihan, tapi pada dasarnya tri semester 1 tidak dianjurkan. Tri semester kedua disarankan melakukan tele konsultasi klinis kecuali dijumpai keluhan atau kondisi gawat darurat, tanda bahaya nyeri perut/kontraksi berulang, pendarahan, demam, sakit kepala hebat. Kemudian pada tri semester tiga disarankan pemeriksaan antenatal harus dilakukan dengan tujuan utama untuk menyiapkan proses persalinan, tanda bahaya seperti mual-muntah hebat dan atau disertai nyeri kepala hebat, pendarahan banyak, gerakan janin berkurang, ketuban pecah, tekanan darah tinggi, kontraksi berulang, kejang.

Ada beberapa kondisi yang membutuhkan antenatal lebih ketat seperti hipertensi kronis, diabetes melitus, anemia, pertumbuhan janin tidak sesuai, ancaman persalinan premature, dan adanya penyakit yang tidak terkontrol atau membutuhkan pemantauan seperti asma, pengobatan TB dan lainnya.

Rekomendasi untuk persalinan, semua persalinan saat pandemi covid-19 harus dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan dengan perhatian utama menurunkan resiko penularan terhadap tenaga kesehatan serta mencegah morbiditas dan mortabilitas maternal. Untuk menurunkan resiko penularan, mengingat 13,7 % ibu hamil tanpa gejala bisa menunjukan hasil pemeriksaan PCR Covid-19 yang positif, maka penolong persalinan harus menggunakan alat pelindung diri minimal sesuai level 2.

Pembicara ketiga merupakan seorang Psikolog dan juga pengajar di IAIN Surakarta, Ibu Vera Imanti,M.Psi. ia memaparkan tentang kecemasan di masa pandemi dan cara mengatasinya. Ia menyampaikan bahwa kecemasan sebenarnya merupakan respon yang alami. Bahwa rasa cemas dan khawatir yang berlebihan apabila ditandai dengan kecemasan yang berlangsung sepanjang waktu minimal 6 bulan, rasa khawatir yang sulit untuk dikendalikan, keluhan dan gejala tersebut menyebabkan gangguan dalam beraktivitas, keluhan tidak disadari oleh penyakit atau kondisi kesehatan khusus. Gangguan kecemasan umum lainnya ditandai dengan merasa gelisah/tidak bersemangat dan tersudut, juga merasa lelah, sulit berkosentrasi, mudah tersinggung, meningkatnya ketegangan otot, mengalami gangguan tidur (termaksuk sulit tidur atau selalu ingin tidur).

Ibu Vera Imanti,M.Psi juga memberikan materi bagaimana cara mengatasi kecemasan yakni pertama dengan mengukur sederhana tingkat kecemasan skala 1-10. Kedua dengan menghitung nafas ; bernafas seperti biasa lalu hitung tarikan nafas, bernafaslah dengan hitungan secara perlahan dan mendalam, tahan dalam hitungan 3 dan hembuskan perlahan. Lakukan secara berulang hingga jumlah tarikan nafas berkurang. Ketiga dengan meditasi pernafasan dan orientasi. Keempat dengan EFT yang bisa dilakukan dengan berdzikir, bersyukur dan yang terakhir atau kelima dengan Psiko Terapi Islam yakni dengan meningkatkan kwalitas, misalnya dengan segala sesuatu melalui bacaan Bismilah, baca Al Quran dengan dinikmati dan resapi, sholatnya diperbaiki.

”Solusi mengatasi kecemasan yang lainnya coba dengan cara menyelesaikan masalah yang tepat, apakah dengan lari dari masalah atau dihadapi, positif thingking, asupan informasi secara sehat, support system (kondisi psikologis suami dan keluarga serta lingkungan), produktif dan bermanfaat, berdoa, kita kembalikan pada Allah, semua sudah diatur,” pungkas Ibu Vera Imanti,M.Psi.

”Terimakasih banyak SOLOPEDULI dan juga Rumah Sakit JIH Solo yang sudah memfasilitasi acara seminar kesehatan, ini pengetahuan yang sangat saya butuhkan. Sekarang jadi lebih tenang dan lebih paham tentang covid,” ungkap salah satu peserta Ibu Agustin saat diwawancarai dari tim SOLOPEDULI pada 23/9.