Akhiri Semester Ganjil, SOLOPEDULI Salurkan Beasiswa Pendidikan

Karanganyar - Pendidikan merupakan aspek penting bagi pembangunan bangsa. Maka dari itu, SOLOPEDULI turut berkontribusi dengan menyalurkan beasiswa pendidikan kepada sejumlah siswa di Solo Raya dari berbagai jenjang, mulai dari SD, SMP, hingga SMA. Penyaluran beasiswa ini dilakukan secara bertahap, yaitu pada Kamis (14/12/2023) dan Jumat (15/12/2023).

Husna Farda, Staf Beasiswa dan Pendidikan SOLOPEDULI, menyampaikan, "Beasiswa Pendidikan adalah salah satu upaya SOLOPEDULI untuk membantu para generasi penerus bangsa yang menghadapi kendala finansial, sehingga mereka tetap dapat melanjutkan pendidikan seperti anak-anak lainnya."

Penerima beasiswa dari wilayah Surakarta ada Sayyid Muhammad Siraj, siswa kelas 6 di SD Muhammadiyah 3 Surakarta. Sayyid adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara. Kedua kakaknya sedang berkuliah di UNS. Ayahnya meninggal dunia sekitar 2 tahun yang lalu saat pandemi Covid-19. Semenjak sang ayah meninggal, keluarga Sayyid tinggal di rumah orang tua dari pihak ibu. Kini, ibunya menjadi tulang punggung keluarga. Ibunya berdagang bensin dan membuka toko kelontong untuk menghidupi dan menyekolahkan Sayyid dan kedua kakaknya.

 

Masih di Surakarta, tapi bergeser ke SDN 2 Cemani, ada Indah Rahmawati (kelas 6) dan Bagus Kusuma (kelas 4). Mereka adalah kakak beradik. Kedua orang tua mereka merupakan penyandang tunanetra yang berprofesi sebagai tukang pijat keliling. Mereka tinggal di kontrakan kecil di daerah Banjarsari. Dengan penghasilan yang tidak menentu, biaya kontrakan maupun biaya sekolah Indah dan Bagus kadang kala sering menunggak.

 

Bergeser sedikit ke ujung wilayah Surakarta, tepatnya di MIM Al-Amin Palur, ada Muhammad Azza Sayaqodri, siswa kelas 5. Azza merupakan anak tunggal yang tinggal bersama ibunya. Ayahnya meninggal beberapa tahun lalu. Ibunya berupaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah Azza dengan bekerja serabutan di Pasar Ngelanu Tasikmadu sebagai juru parkir. Karena lokasi rumah yang jauh dari sekolah, Azza harus diantar jemput dengan motor oleh sang ibu.

Dari wilayah Klaten, ada Raditya Rahmadani, siswa kelas 9 di SMP IT Smart Cendekia. Radit tinggal bersama adik dan ibunya. Ayahnya yang tidak tahu pergi kemana membuat sang ibu harus mengambil alih peran sebagai tulang punggung keluarga. Meski hanya seorang buruh, sang ibu berusaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari keluarga kecilnya.

Menuju ke wilayah Sukoharjo, ada Achmad Setyo Nugroho, siswa kelas 3 di SD 1 Wirun. Achmad merupakan anak tunggal yang hanya tinggal bersama ibunya setelah sang ayah meninggal beberapa tahun lalu. Achmad tinggal di rumah peninggalan dari orang tua ibunya. Kondisi rumah tersebut begitu memprihatinkan. Atapnya memiliki banyak lubang, tiang kayunya keropos, dan lantainya yang terbuat dari semen pun memiliki retakan di sana-sini. Saat hujan tiba, rumah mereka kemasukan begitu banyak air, sehingga mereka harus menyiapkan banyak ember untuk menadah air. Sang ibu hanyalah seorang buruh cuci dengan penghasilan yang tidak seberapa untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Kemudian, ada Alif Romadhon, siswa kelas 6 di MIM Gangin, Weru, Sukoharjo. Alif tinggal bersama kedua kakaknya setelah ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya. Ibunya meninggal karena sakit pada tahun 2021, sedangkan sang ayah pergi diusir warga setelah melakukan kekerasan pada kakak keduanya yang merupakan penyandang disabilitas sejak lahir. Kakak pertama Alif mengambil alih peran tulang punggung keluarga dengan bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka.

Selain itu, ada juga Fauzan Nur Abadi, siswa kelas 12 di Pondok Pesantren Salafiyah Daarul Huda, Grogol, Sukoharjo. Ayah Fauzan sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Fauzan hanya memiliki ibunya. Fauzan memutuskan untuk menuntut ilmu di pesantren agar dapat membahagiakan ibunya.

Kemudian dari Wonogiri, ada Ramadani, siswa kelas 12 di SMKN 2 Wonogiri. Ia hanya tinggal bersama keluarga kakaknya. Ayahnya meninggal saat usianya 13 tahun karena stroke, sedangkan ibunya menyusul 1 tahun kemudian karena komplikasi. Kakaknya hanyalah seorang buruh bangunan yang juga harus menafkahi keluarga kecilnya. Besarnya biaya sekolah Ramadani membuat kakaknya keberatan untuk membiayai, sehingga Ramadani harus mencari beasiswa untuk menopang biaya pendidikannya.

Bertolak ke Sragen, tepatnya di SDN 3 Pelemgadung, ada Annisa Putri Ramadhani, siswa kelas 6. Annisa tinggal bersama neneknya yang sudah sepuh setelah kedua orang tuanya bercerai dan memiliki keluarga baru masing-masing. Untuk kebutuhan sehari-hari Annisa dan neneknya hanya bergantung pada kiriman ayah dan ibunya yang tidak seberapa. Meski keluarganya tidak lagi utuh, Annisa bertekad untuk belajar dengan tekun agar bisa mengangkat derajat kedua orang tuanya.

SOLOPEDULI berkomitmen untuk terus mendukung pendidikan di Solo Raya dan berharap bahwa melalui program beasiswa ini, para penerima dapat terus mengejar impian mereka tanpa terkendala oleh beban finansial. Program ini tidak hanya memberikan bantuan finansial, tetapi juga menjadi wujud nyata dari semangat gotong royong dan kepedulian terhadap sesama.