SMK ITSI Suguhkan Persembahan Istimewa Dalam Milad Ke-25 SOLOPEDULI

Pagi itu, suasana di halaman SMK IT Smart Informatika Surakarta terasa berbeda. Udara segar menyelimuti area sekolah yang berdiri kokoh dengan warna tembok khasnya, biru, oranye, putih itu, tepatnya di Jalan Pleret Raya Barat, Kota Surakarta. Hari Jumat, 11 Oktober 2024, adalah momen penting. Para siswa dan tamu undangan bersiap menyambut peringatan Milad seperempat abad SOLOPEDULI, lembaga sosial yang telah berkontribusi besar bagi masyarakat. Namun, ada yang lebih istimewa dalam perayaan kali ini—persembahan khusus dari para siswa SMK ITSI, menampilkan karya yang telah mereka persiapkan dengan penuh dedikasi selama beberapa bulan terakhir ini.

Di panggung, 30 siswa tampak berdiri berbaris. Dengan penuh khidmat, mereka memulai Khataman Al-Qur’an. Suara merdu bacaan Al-Qur’an menggema, dibawakan oleh 15 siswa putra dan 15 siswa putri. Di antara mereka, ada rasa syukur yang bukan hanya untuk SOLOPEDULI, tetapi juga untuk keberkahan yang telah dirasakan selama dua setengah dekade. Persembahan ini bukan sekadar sebuah ritual agama, tetapi wujud rasa terima kasih yang tak terucapkan.

Usai Khataman, suasana kembali semarak ketika grup koor siswa-siswi SMK ITSI melantunkan lagu Indonesia Raya dan Mars SOLOPEDULI. Suara mereka yang penuh semangat membawa setiap hadirin pada gelora kecintaan terhadap tanah air. Dirigen yang memimpin dengan gerakan tegas, diiringi harmoni vokal yang memukau, seolah menyatukan semua yang hadir dalam satu kesatuan: cinta kepada negeri dan pengabdian kepada sesama.

"Perayaan ini merupakan kesempatan bagi kami untuk menunjukkan bagaimana pendidikan di SOLOPEDULI tak hanya fokus pada akademis, tetapi juga mengembangkan nilai-nilai seni dan budaya," ujar Purwanti, salah satu asatidz SMK IT Smart Informatika, ketika diwawancarai. Ucapannya menggambarkan betapa pentingnya peran pendidikan yang holistik di sekolah ini—pembelajaran yang tak hanya mengasah otak, tetapi juga membentuk jiwa.

Penampilan angklung tak ketinggalan memeriahkan suasana. Alunan lagu "Tombo Ati," "Tanah Air," hingga "Yamko Rambe Yamko" terasa menggetarkan. Instrumen tradisional ini tak hanya membangkitkan kenangan, tetapi juga menjadi simbol betapa kaya dan beragamnya budaya Indonesia. Kemudian, Tari Saman tampil dengan gerakan-gerakan harmonis, menggambarkan semangat kebersamaan dan kerja sama yang erat. Para siswa tampil dengan percaya diri, memancarkan nilai-nilai luhur yang selalu dijunjung tinggi oleh SOLOPEDULI.

Namun, momen paling emosional datang saat Teatrikal Sejarah SOLOPEDULI dipentaskan. Drama ini mengisahkan perjuangan awal Danie, Eri, dan Mulyanto—tiga pendiri SOLOPEDULI yang berani bermimpi besar. Penonton diajak kembali ke masa lalu, menyaksikan perjalanan lembaga ini dari nol hingga menjadi lembaga yang kini dikenal luas. Setiap adegan menghadirkan rasa bangga sekaligus haru, terutama ketika nama almarhum Mulyanto disebut sebagai sosok visioner yang turut membangun fondasi kuat lembaga ini.

Acara ditutup dengan penampilan nasyid yang tak kalah menyentuh. Lagu-lagu religi dibawakan dengan penuh perasaan, termasuk sebuah lagu spesial yang didedikasikan untuk mengenang almarhum Mulyanto. Penampilan tersebut seakan menjadi penutup yang sempurna, mengingatkan semua hadirin pada dedikasi almarhum yang tak pernah padam dalam membangun SOLOPEDULI. Pagi itu, perayaan Milad ke-25 terasa lebih dari sekadar peringatan—ini adalah momen penghormatan, pengabdian, dan kebersamaan yang akan terus diingat.