SOLOPEDULI mendirikan dapur umum di Desa Ceubo, Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen, Aceh, sejak 15 Desember 2025. Dapur umum tersebut dibuka untuk membantu memenuhi kebutuhan pangan warga yang terdampak bencana dan kini bertahan di posko pengungsian dengan keterbatasan akses makanan layak.
Sebagian warga Desa Ceubo terpaksa mengungsi dan hanya dapat mengakses makanan sebanyak dua kali sehari. Menu yang tersedia pun masih terbatas, yakni mi instan dan telur. Kondisi tersebut dinilai belum mampu memenuhi kebutuhan gizi harian, khususnya bagi anak-anak dan lansia.
Irfan, relawan SOLOPEDULI yang bertugas di posko pengungsian Desa Ceubo, mengatakan bahwa keterbatasan pangan menjadi persoalan mendesak yang harus segera ditangani. Ia menyebutkan, masyarakat sangat berharap adanya dukungan dari para donatur agar kebutuhan pangan yang lebih layak dapat terpenuhi.
“Masyarakat memohon bantuan kepada para donatur agar dapat membantu menyediakan makanan yang lebih layak, sehingga kebutuhan gizi anak-anak dan lansia dapat terpenuhi. Kami juga berharap porsi makan warga dapat ditingkatkan menjadi tiga kali sehari,” ujar Irfan.
Hal senada disampaikan oleh salah satu warga setempat. Ia mengungkapkan bahwa selama berada di pengungsian, warga hanya mengonsumsi mi instan dan telur, sehingga berharap dapat memperoleh menu yang lebih bergizi.
“Selama ini kami hanya makan mi instan dan telur. Kami berharap bisa mendapatkan makanan yang lebih layak, seperti ikan, ayam, dan lauk bergizi lainnya,” ujarnya.

dok.humas: Dapur umum yang dibuat di Desa Ceubo, Gandapura, Bireun, Aceh
Selain mendirikan posko pengungsian, Irfan bersama tim relawan SOLOPEDULI juga mengoperasikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warga. Setiap hari, para relawan memasak nasi dan sayur dalam jumlah besar untuk didistribusikan kepada para pengungsi.
Melalui pendirian dapur umum ini, SOLOPEDULI berharap dapat membantu meringankan beban masyarakat terdampak sekaligus memastikan kebutuhan pangan dan gizi warga pengungsian tetap terpenuhi.(snk)