SOLO PEDULI BERI SANTUNAN KEPADA AFIFAH

Solopeduli, Sukoharjo-Tim Solopeduli kembali berkesempatan silaturrahim untuk memberi santunan kesehatan kepada Afifah (8). Ia ditabrak pengendara sepeda motor yang ternyata adalah penyandang tuna wicara dan tuna rungu di dekat rumahnya di daerah Karang Tengah, Weru, Sukoharjo. Ia menderita cidera parah dan pendarahan hebat, dan harus berpindah-pindah rumah sakit karena banyak yang tidak sanggup menangani cideranya.

Akibat insiden tersebut, ia menderita cidera disekujur tubuhnya, Afifah juga mengalami muntah darah dan pendarahan hebat di bawah mata kanannya yang tak kunjung berhenti. Wajahnya bengkak sampai kedua matanya tidak bisa terbuka.

Dikunjungi di kediamannya yang sangat sederhana, sangat kecil di lingkungan masjid Assalaam Weru, Senin (6/7), Abu Haidar menuturkan musibah yang menimpa putrinya yang hafal 2 juz Al Qur'an tersebut.

Kala itu Afifah hendak pulang sekolah dijemput ayah dan adik bungsunya menggunakan motor karena memang jarak sekolah dari rumahnya cukup jauh. Afifah di belakang sedang adiknya dibonceng Ayah di depan. Ketika hendak menyebrang jalan, tiba tiba dari arah berlawanan melaju motor dengan kecepatan cukup tinggi. Mungkin karena terkejut, pengemudi tidak bisa mengendalikan laju kendaraannya sampai akhirnya tabrakan pun tak terelakkan.

"Saya sama Afifah dan anak saya yang paling kecil boncengan pulang dari jemput Afifah, untuk sampai sini kami memang harus nyebrang jalan yang agak menikung. Tiba – tiba ada motor dari arah samping langsung nabrak saya." Tutur Abu Haidar ayah Afifah.

Adik bungsu Afifah tidak mengalami cidera serius karena terlindung tubuh Ayahnya yang terus merangkulnya. Namun Afifah terpelanting dan tak sadarkan diri sementara darah mengalir deras dari wajahnya. Abu Haidar sendiri menderita luka di bahu lengan dan kakinya. Sementara pengendara motor yang menabrak Afifah yang ternyata adalah siswa SLB yang tidak bisa diajak berkomunikasi karena menderita cacat fisik tuna rungu dan wicara tidak mengalami luka serius.

Alhamdulillah Afifah bisa langsung dilarikan ke rumah sakit karena qadarullahsesaat setelah insiden tersebut lewat salah seorang teman Abu Haidar yang membawa mobil. Kala itu Afifah dilarikan ke RSI Cawas, namun pihak rumah sakit belum memiliki fasilitas yang memadai untuk menangani cidera Afifah. Ia pun di rujuk ke RSI Klaten, rumah sakit juga belum bisa menangani Afifah, ia kembali dirujuk ke RS. Dr. Moewardi, tapi rumah sakit tidak bisa menampung Afifah karena tidak ada stok kamar. Sampai pada Akhirnya Afifah mendapat penangan di RS. Dr. Oen Surakarta.

Hasil obseevasi dokter menyatakan bahwa syaraf di bawah kelopak mata Afifah robek dan butuh terapi serta supali obat-obatan untuk mengembalikan fungsi matanya seperti sedia kala. Ia harus menjalani dua kali proses operasi dan sebelas hari perawatan intensif di rumah sakit. Sekarang Afifah sudah diperbolehkan pulang kerumah, namun harus rutin menjalani pemeriksaan di rumah sakit yang sama. Karena dokter syaraf mata yang ada di daerah Solo Raya hanya ada dua.

Total tagihan yang harus dibayar mencapai Rp 30 juta dan itu belum biaya pemeriksaan rutin sebesar Rp 200 ribu. Keluarga mendapat uang ganti rugi dari keluarga pengendara motor yang menabrak Afifah sebesar Rp 10.5 Juta, untuk membawa Afifah pulang agar biaya tidak membengkak Abu Haidar mencari pinjaman kesana kemari. Meski kurang dana Alhamdulillah pihak rumah sakit mengijinkan Afifah pulang.

ANAK SEORANG AKTIFIS PEMBENTENG KRISTENISASI

Abu Haidar berjuang memberantas praktik kristenisasi di daerah Giritronto, Wonogiri. Masyarakat di daerah ini mayoritas muslim, tetapi lemah secara ekonomi. Masyarakat mayoritas bekerja sebagai petani dengan penghasilan yang tidak menentu. Banyak diantara mereka terjerat hutang dengan rentenir itu semakin membuat hidup mereka sulit.

Abu Haidar menceritakan peristiwa yang amat memilukan hati tim solo peduli.

" Masyarakat disana itu lemah secara akidah mas, mungkin factor ekonomi yang menjadi salah satu penyebabnya. Mereka mudah sekali diajak ke gereja hanya dengan beberapa kilo beras dan mie instant. Namun setelah itu mereka balik ke masjid lagi." Tutur Abu Haidar ditemani ketiga anaknya.

Bersama beberapa teman yang peduli, Abu Haidar mencoba membendung arus kristenisasi di daerah tersebut. Pernah ia membawa berton-ton beras dan dibagi-bagikan secara cuma-cuma. Ia juga rela berhutang sebesar Rp 20 Juta untuk dijadikan modal masyarakat bertanam melon.

Bersama dengan muslimin di solo ia juga pernah mengadakan kajian yang diakhiri dengan penggalangan tanda-tangan warga sebagai tanda ketidak setujuan atas berdirinya gereja di daerah tersebut.

Itulah sekilas sosok Abu Haidar yang berjuang demi menyelamatkan akidah ummat.

PEDULI KASIH SESAMA MUSLIM

Musibah yang dialami oleh Abu Haidar dan Afifah itu adalah beban kita juga. Karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.

"Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam"(Muttafaq ‘Alaih).

Dengan membantu saudara kita yang tertimpa musibah, insya Allah akan mendatangkan keberkahan, kemudahan dan pertolongan Allah di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat..."(HR Muslim).

Mari kita ringankan beban Saudara kita, dengan berdonasi ke rekening Solopeduli:

BCA :3920 27 8000

BRI SYARIAH :1008 016 778

BNI SYARIAH :0732 411 000

BSM :704 444 1114