Solopeduli.org, KARANGANYAR– Solopeduli mempunyai misi untuk memberdayakan dan memandirikan ummat. Dukuh Sepondok terpilih menjadi tempat pemberdayaan dalam program Bina Desa Mandiri. Berdasar sensus penduduk tahun 2014, Sepondok merupakan daerah yang tertinggal, sebagian besar penduduk berpenghasilan rendah (dhuafa) dan juga tamatan SD. Melihat potensi alam yang luar biasa, Sepondok sangat cocok dijadikan tempat untuk penerapan Pertanian Terpadu.
Pertanian Terpadu merupakan sistem yang menggunakan ulang dan mendaur ulang menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem yang meniru cara alam bekerja. Limbah dari perternakan akan dijadikan pupuk kompos untuk pertanian, sedangkan limbah dari pertanian bisa digunakan untuk pakan ternak. Begitulah siklus berkerja.
Potensi pertanian di Sepondok berupa tanaman jambu biji merah. Warga mampu panen setahun 2 kali. Namun warga mengaku ada permasalahan ketika panen raya tiba, harga jual jambu biji merah di petani terjun bebas menyentuh harga Rp 2.500/kg. Solopeduli memandang perlu adanya pemberdayaan untuk menaikkan nilai jual.
Setelah sukses dengan pelatihan olahan jambu "Dodol Sepondok" yang sekarang warga sudah bisa produksi mandiri, Tim Bina Desa Mandiri Solopeduli kembali melakukan pelatihan kepada warga untuk menghasilkan suatu produk yang belum ada dan digemari pasaran. Variasi tersebut adalah pangsit jambu.
Tim Bina Desa Mandiri melakukan pelatihan dan pembimbingan kepada lima anggota kelompok di kediaman Ibu Haryati, dukuh Sepondok RT 04 RW 01, Jatirejo, Ngargoyoso, Karanganyar, Selasa (23/8). Ini merupakan pelatihan tahap II yang sebelumnya belum menemukan formula tekstur dan bentuk yang pas.
"Alhamdulillah,pada pelatihan tahap II ini kelompok binaan telah berhasil membuat pangsit jambu sebanyak 1.5 kg dengan bentuk, tekstur, warna, dan rasa yang pas. Ditargetkan masa panen raya periobe November - Desember 2016 kelompok binaan ini juga mampu memproduksi pangsit jambu secara mandiri," ungkap koordinator Tim, Shodiq.
(Syai/Bowo)