Solopeduli.org, BOYOLALI— Sena Cahaya Agus Pratama nama gadis kecil ini. Sejak lahir, Cahaya sudah menjadi yatim karena ayahnya telah meninggal dunia. Ketika usianya menginjak 3 tahun, ia kembali kehilangan orang tercintanya. Sang Ibu pergi ke alam keabadian akibat penyakit kanker.
Bocah yang kini berusia delapan tahun itu sekarang diasuh oleh nenek dan buyutnya (ibu dari nenek) di sebuah gubuk berdindingkan anyaman bambu. Alamat lengkapnya di RT 001/ RW 004 Dukuh Gunungan, Desa Ngesrep, Ngemplak, Boyolali.
Meski lahir sebagai orang miskin dan tak memiliki ayah-ibu, namun Cahaya masih memiliki secercah harapan. Nenek dan buyutnya setiap hari menumpahkan kasih sayangnya itu kepada Cahaya tanpa putus. Cahaya tetap bisa mengenyam bangku sekolah dasar (SD) meski dengan cara mengangsur biaya masuk sekolah.
"Pendapatan kami ya hanya dari usaha bikin kerupuk singkong ini. Untungnya, pihak sekolah bisa memahami keluarga kami," jelas Sulasmi. Pendapatan nenek dan buyut Cahaya tak lebih Rp20.000/ hari. Saban hari, aktivitas mereka ialah membikin kerupuk singkong lalu menjemurnya.
Cahaya sehari-hari tinggal di gubuk berlantai tanah bersama nenek dan buyutnya itu. Tak terlihat ada barang berharga di rumah tersebut. Tak ada pula kartu Jamkesmas atau Kartu Indonesia Pintar (KIS) bagi Cahaya dan keluarga itu. Meski demikian, Cahaya tak kehilangan cahaya hidup. Prestasinya di sekolahnya terbilang cukup gemilang.
Putri mendiang Agus Sulistya dan Ratih Puji Astuti ini tak kalah berprestasi dengan siswa-siswi lainnya. Dengan kondisi ekonomi pas-pasan, Cahaya selalu masuk lima besar siswa berprestasi di SD Ngesrep. "Alhamdulillah, anak wedok (perempuan)ini pinter sekali di sekolahnya," sahut buyut Cahaya, Kasminah.
Cita-cita Cahaya ingin menjadi guru Bahasa Indonesia. Raut wajahnya juga senantiasa semringah bercahaya. Cahaya seakan ingin membuktikan bahwa anak orang miskin pun harus tetap sekolah. "Saya senang pelajaran bahasa Indonesia. Cita-cita saya ingin jadi guru Bahasa Indonesia," tutur bocah yang masih memiliki mimpi itu.
Melihat kondisi tersebut, Tim Pendayagunaan Solopeduli membantu meringankan beban hidup Cahaya dan neneknya lewat santunan berupa uang tunai. "Terimakasih kepada para donatur Solopeduli, semoga santunan untuk Cahaya bisa bermanfaat demi masa depannya," jelas Mustak, setelah menyalurkan santunan. (Wirli/Yofi)