Bagi seorang muslim, lihatlah di luar sana, sangat banyak manusia berusaha meraih impian mereka, dengan beragam usaha, bahkan tak peduli benar salah dan halal haram dari cara yang mereka tempuh. Diperburuk lagi, tidak sedikit dari tujuan-tujuan itu adalah tujuan yang dibenci agama dan manusia, serta ditolak oleh nurani.
Hari- hari mereka, waktu dan terjaganya mata mereka, didedikasikan untuk tujuan dan impian tersebut, walau itu kejahatan. Ada pun Sahabat Peduli, saat ini tengah mendambakan prestasi akademis; dambaan yang benar dan mulia. Maka, apa yang membuat Sahabat kalah dibanding usaha mereka? Apa yang membuat Sahabat diam padahal mereka bergerak, dan apa yang membuat Sahabat tertunduk ketika mereka tegak?
Padahal Sahabat Peduli sedang memperjuangkan kemuliaan, yaitu ilmu, iman dan amal. Anda sedang memperjuangkan warisan kenabian, yaitu ilmu, iman dan amal. Dan, Sobat sedang memperjuangkan syarat mutlak bagi kemakmuran dunia dan akhirat, yaitu ilmu, iman dan amal. Maka, berusahalah dan berjuanglah.
KENAPA HARUS ADA USAHA?
1. Karena Berusaha untuk Sukses adalah Perintah agama. Islam adalah agama yang memanggil umatnya untuk bergerak, tidak statis.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Dan Katakanlah: "Bekerjalah kalian , maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu …" (QS. AT Taubah (9): 105)
Ayat ini menggunakan kata kerja perintah (Fi'il Amr) yaitu I'maluu (bekerjalah kalian), dan hukum dasar dari perintah adalah menunjukkan wajib (Al Ashlu fil Amr lil Wujub). Maka, adalah suatu yang terlarang (haram) dalam agama bagi seorang muslim menyengaja atas dirinya untuk diam, tidak bergerak, dan menganggur dari perbuatan-perbuatan yang produktif dan positif! Anehnya, di saat saat yang sama dia masih merindukan kesuksesan hidup.
Imam Asy Syaukani Rahimahullah mengomentari ayat di atas sebagai berikut:
"Di dalam ayat ini terdapat sesuatu untuk menakut-nakuti dan ancaman, yaitu sesungguhnya pekerjaan kalian tidaklah tersembunyi bagi Allah, tidak pula bagi RasulNa dan orang-orang beriman. Maka, bersegeralah melakukan pekerjaan yang baik dan ikhlaskanlah pekerjaan kalian hanya untuk Allah ‘Azza wa Jalla. Dalam ayat ini juga terdapat sesuatu untuk menyemangatkan dan menggiatkan, maka siapa saja yang tahu bahwa perbuatannya tidaklah tersembunyi (dari penglihatan Allah, pen), baik pekerjaan yang baik atau buruk, maka hendaknya dia bersegera melaksanakan pekerjaan yang baik dan menjauhi yang buruk." (Imam Asy Syaukani, Fathul Qadir, 3/311. Mauqi' Ruh Al Islam)
2. Karena Usaha Adalah Sunatullah Kehidupan di Dunia Benar, bahwa sukses dan gagal adalah ketentuan Allah ‘Azza wa Jalla, tetapi kita dituntut untuk mengusahakan sebab-sebabnya. PLN telah menentukan bahwa rumah anda terang benderang karena sudah dialirkan listrik, tetapi anda selaku pemilik rumah diam saja dan tidak tergerak menyalakan lampu, tidak menekan stop kontak, maka rumah anda tetap akan padam. Begitulah sunatullah kehidupan di dunia. Anda tak bisa mengandalkan kepasrahan semata tanpa mempersiapkan sesab-sebabnya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar Ra'du (13): 11)
KENAPA HARUS BERDOA?
Bagi orang yang berilmu, maka kesuksesan mesti diraih dengan usaha rasional. Tapi, tidak cukup itu saja, sebab bagi orang yang beriman kesuksesan juga mesti diraih dengan doa. Maka, perpaduan antara keilmuan dan keimanan seseorang, akan membentuk wujud nyata sikap dan perilaku yang seimbang, tidak pincang, dan utuh; yakni usaha dan doa. Orang bijak juga mengatakan, "Usaha tanpa doa adalah sombong, doa tanpa usaha adalah mimpi yang kosong."
Ya, usaha tanpa doa, seakan dialah yang menentukan hasil akhir dari usahanya itu, padahal banyak manusia yang tidak berdaya ketika menghadapi badai besar di akhir dari usahanya. Inilah kesombongan dan keangkuhan ditengah kelemahan manusia. Lihatlah petani, sehari lagi mereka panen besar dan sudah banyak khayalan yang mereka buat jika nanti selesai panen. Namun, dia tidak berdaya tatkala keesokkan harinya hujan besar menenggelamkan sawah dan rumahnya.
Ya, doa tanpa usaha adalah mimpi kosong, seakan untuk menuju puncak cukup sekali lompat dan sekali teriakan. Berdoa, lalu merintih dalam doanya, bahkan menangis tersedu-sedu, tapi setelah itu kembali sibuk dengan dunia permainannya, dunia yang melalaikannya, maka bagaimana bisa apa yang dimintanya terwujud? Ibarat seorang yang meminta langsing tapi makan dan tidur tak pernah dikontrol. Meminta selamat dari api neraka, tapi dia justru mendekati api neraka dengan maksiatnya. Jika seperti ini, maka tak akan pernah sama antara permintaan dan kenyataan! Sebab, itu tidak rasional dan hanya omdo (omong doang).
Sumber : muslimah[dot]or[dot]id