Ternyata Allah tidak serta-merta menjadikan ketaatan dan ketebalan iman menjadi patokan pasti langsung dikabulkannya setiap permohonan dan doa. Mau contoh? NabiyullahIbrahim AS harus menunggu berpuluh-puluh tahun, agar doanya memiliki anak baru dikabulkan.
Buat Ibrahim, anak bukan sekadar penerus keturunan. Melainkan juga sekaligus pewaris risalah kenabian. Dalam salah satu versi, Ibrahim AS baru memperoleh keturunan ketika berusia 83 tahun. Versi yang lain, malah menyebutnya 93 tahun.
Ibrahim adalah khalilullah, kekasih Allah. Ibrahim AS adalah abul anbiya, bapak para nabi. Ibrahim AS juga sering dijuluki bapak tauhid. Tapi, mengapa Allah menunda mengabulkan doa kekasihnya itu hingga berpuluh-puluh tahun kemudian? Adakah di antara kita yang berani mengatakan, ketaatan Ibrahim AS masih rendah? Derajat keimanannya belum tinggi? Kalau ada, hmmm... nekad benerrr....
Tentang ketaatan dan keimanan Ibrahim ini, tentu sudah sangat tidak perlu diragukan lagi. Kisah hidup Ibrahim dijejali dengan ketaatan dan keimanan yang luar biasa kepada Allah SWT. Beberapa episode kehidupan Ibrahim senantiasa berhadapan dengan kebathilan. Untuk risalah tauhid yang diterima dari Tuhannya ini, Ibrahim AS harus rela berselisih dengan Azhar, ayah kandungnya. Demi tauhid ini pula, dia bahkan harus berhadapan dengan raja Namruz yang dzalim. Dan untuk itu, dia harus dibakar hidup-hidup
Allah punya cara
Allah memang berjanji akan mengabulkan semua doa. Di QS Al Baqoroh : 183 Allah masih menyelipkan persyaratan agar doa dikabulkan. Tapi QS Al Mumin : 60 bahkan Allah tidak lagi menambahi embel-embel syarat. Berdoalah kepadaKu, niscaya Aku kabulkan.
Ayat ini singkat. Padat. Tidak basa-basi. Langsung ke titik persoalan. Orang seberang sana bilang to the point.
Tapi, Allah punya cara sendiri untuk mendengar dan mengabulkan doa-doa. Dia Yang Maha Berkehendak tidak di bawah dikte kita, para pendoa. Allah Yang Maha Berkuasa tidak bisa disuruh-suruh atau diperintah-perintah untuk segera memenuhi permintaan kita. Allah Yang Maha Bijaksana punya cara sendiri untuk mengabulkan doa-doa, termasuk soal waktunya.
Tentang hal ini, Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak berdoa seorang muslim dengan suatu doa yang doanya itu tidak dicampuri sesuatu maksud jahat atau memutuskan silaturahmi, melainkan pastilah doa itu diperkenankan Tuhan dengan memenuhi satu dari tiga cara. Ada kalanya doa ituditerima dengan segera. Adakalanyadisimpan dahuluuntuk persediaannya di akhirat. Danadakalanya dipalingkandaripadanya kejahatan yang seumpamanya".
Berdasarkan hadits itu, menjadi jelas buat kita, bahwa Allah mendengar dan mengabulkan doa-doa dengan caraNya sendiri. Bisa langsung dikabulkan. Kadang ditunda. Bisa juga dipalingkan atau diganti dengan yang lebih baik.
Langsung dikabulkan
Dalam hal doa yang diperkenankan Allah secara langsung, sangat mungkin banyak di antara kita yang mengalami langsung. Sayangnya, tidak sedikit juga yang tidak menyadari, bahwa doa yang kita panjatkan itu sudah Allah kabulkan.
Mau contoh? Sederhanaya begini. Hampir setiap hari kita keluar rumah untuk bekerja. Biasanya, sebelum berangkat istri berpesan agar kita hati-hati di jalan. Kita pun mengiyakan sambil berterima kasih. Lalu, setelah mesin motor/mobil dihidupkan, berangkatlah kita. , Bismillahirrohmanirrohim...
Eh, baru beberapa meter, mesin kendaraan mati. Terpaksalah kita kutak-katik bagian ini-itu. Bisa jadi, saat itu kita jadi kesal, karena waktu keberangkatan jadi tertunda. Bukan tidak mungkin malah marah-marah, karena masuk kantor jadi terlambat.
Setelah tertunda 10-15 menit, alhamdulillah, mesin kendaraan kembali hidup. Biasanya, berangkat kerja, katakanlah, pukul 08.00. Namun karena gangguan mesin tadi, maka baru bisa berangkat pukul 08.15.
Tapi, baru beberapa menit kemudian perjalanan kembali tersendat. Kemacetan terasa lebih parah dibandingkan biasanya. Kekesalan dan kemarahan pun kian menjadi-jadi. Bayang-bayang bakal disambut muka masam bos di kantor semakin pekat saja.
Ternyata, kemacetan parah disebabkan terjadi kecelakaan. Korban terluka parah, dan yang lain meninggal. Selidik punya selidik, kecelakaan baru saja terjadi 10-15 menit lalu.
Harusnya, sampai di sini kita sadar, bahwa Allah telah mengabulkan doa kita dan istri agar selamat dalam perjalanan. Dengan terganggunya mesin kendaraan, dan 10-15 menit tertundanya perjalanan, maka kita lolos dari kecelakaan. Bisa jadi, jika mesin tidak ngadat dan semuanya berjalan normal seperti bisa, maka korban kecelakaan itu adalah kita. Allahu akbar...
Ditunda pengabulannya
Allah menunda mengabulkan doa.Ini artinya, Allah SWT tetap akan mengabulkan doa kita. Cuma waktunya saja yang jadi hak prerogatif Allah. Bisa jadi penundaan itu hanya sebatas di dunia. Waktunya bisa sehari, sepekan, sebulan, atau setahun. Bahkan bisa juga ditunda berbelas dan berpuluh tahun kemudian. Pada konteks panjangnya waktu penundaan ini, kita sudah singgung dalam kisah Ibrahim AS yang sangat merindukan anak.
Secara umum, pengabulan doa yang ditunda di dunia ini disebabkan beberapa hal. Antara lain, karena Allah Swt Maha Mengetahui apa yang lebih bermanfaat dan kita perlukan saat ini. Allah pasti akan mengabulkan doa kita pada waktu yang pas menurutNya. Karena hanya Allah lah yang mengetahui, apakah permintaan kita saat ini mendatangkan manfaat atau mudarat bagi kita.
Contoh klasiknya kurang lebih begini. Seorang anak yang baru saja lulus SD merengek-rengek minta hadiah berupa sepeda motor. Alasannya, sekolah di SMPnya jauh dari rumah. Kalau pakai motor, lebih cepat dan murah ketimbang menumpang kendaraan umum.
Sepintas, alasan si anak masuk akal. Namun, ternyata sang ayah tidak mengabulkan permintaan tersebut. Si anak pun terus merengek. Tapi, tetap saja ayahnya tidak memenuhi permintaannya. Sampai pada satu titik, si anak kesal dan marah. Dia menganggap ayahnya tidak sayang kepadanya.
Tentu saja, sang ayah masih dan tetap sayang pada anaknya. Kalau pun dia tidak kunjung mengabulkan permintaan anaknya, karena menurut ayah, motor itu akan lebih banyak mendatangkan mudharat ketimbang manfaat bagi anak yang disayanginya.
Pertama, si anak belum bisa mengendarai sepeda motor. Kedua, dia belum punya surat izin mengemudi (SIM). Ketiga, emosi si anak masih sangat labil. Dia akan sangat mudah terprovokasi teman-temannya untuk mengebut dengan motor barunya. Keempat, ayah khawatir anaknya yang belum cukup umur dan labil itu akan mengalami kecelakaan ketika mengendarai motor. Kelima... keenam... ketujuh... dan seterusnya .
Nah, analogi ini kan pas betul dengan kita. Bisa jadi Allah melihat kalau doa kita dikabulkanNya, maka justru akan membawa mudharat buat kita. Soal doa menjadi kaya, misalnya. Ketika masih miskin, kita rajin shalat dan berdoa kepada Allah untuk minta ini-itu, terutama kekayaan.
Namun jika Allah kabulkan menjadi kaya, maka shalat kita bisa turun kualitasnya. Mulai dari pelakasanaannya yang tidak di waktu lagi, sampai sama sekali mengabaikan karena berbagai kesibukan bisnis dan lainnya.
Dulu, ketika masih miskin, rute perjalanan kita hanya dari rumah-kantor-rumah lagi. Di sela-sela rute tadi, kita masih bisa mendatangani masjid di komplek rumah untuk shalat berjamaah atau mengikuti pengajian. Namun setelah kaya, rute perjalanan berubah. Rute itu menjadi rumah-kantor sendiri-kantor klien-karaoke-klub malam-dan seterusnya-dan seterusnya, tempat-tempat maksiat lain. Alasannya, melobi klien untuk mendapatkan proyek ini-itu. Pada saat itu, kita mulai mengenal dan melakukan maksiat.
Allah Maha Mengetahui hal-hal gaib. Allah Maha Mengetahui yang akan terjadi kemudian. Itulah sebabnya, barangkali, mengapa Allah tidak kunjung mengabulkan doa kita. Contoh soal lalainya seorang yang sholeh karena harta, terjadi pada sahabat Tsalabah, ketika zaman Rasulullah SAW. Silakan ditelusuri lagi kisahnya yang penuh hikmah dan ibrohtersebut.
Bentuk penundaan lain, bisa juga pengabulannya akan dilakukan kelak, ketika di akhirat.Ini disebabkan, lagi-lagi, karena Allah SWTlebih mengetahui,bahwa hal itu lebih baik diberikan kelak di akhirat daripada di dunia.
Diriwayatkan bahwa di akhirat nanti ada seseorang yang terkejut menerima sejumlah karunia yang tidak dikira-kira banyaknya. Dia berpendapat karunia itu tidak sesuai dengan amal ibadahnya saat hidup didunia. Diapun bertanya kepada Allah SWT:
Ya Rabb, darimana ini semua?
Bukankah Aku telah memerintahkan engkau agar meminta kepadaKu apa saja di dunia ?"jawab Allah.
Betul,ya Rabb, ujar orang itu lagi.
Kemudian Allah menjelaskan, Apa yang engkau mohon di dunia itu baru sedikityang Kukabulkan. Kini Kukabulkan sisanya. Akuserahkan di akhirat.
Alangkah baiknya jika sekiranyaTuhankumemberikan segala yang kuminta itu di akhirat saja, tidak usah di dunia,"tukas orang itu akhirnya.
Diganti dengan yang lain
Sedikitnya ada dua macam penggantian yang Allah maksudkan di sini. Pertama, dijauhkan dari kesusahan. Untuk ini, hadits berikut ini bisa dijadikan rujukan.
Jabir RAmeriwayatkan, aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda:
Tidaklah seseorang berdoa dengan sesuatu doa, melainkan Allah SWTmemberikan sesuai dengan permohonannya itu, melainkan dijauhkan dari kesusahan. Asalkan dia tidak berdoa untuk kejahatan atau untuk memutuskan silaturahmi.
Kedua, dihapuskan dari dosa
Sahabat Anas RA, meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWbersabda:
....Allah SWTmenerima doa orang yang berdoa, atau diganti untuknya, atau dipalingkan dari kesulitan yang semisalnya, atau dihapuskan dosa-dosanya.
Jadi, janganlah pernah berputus asa dari Allah. Selalu berprasangka baik (husnu dzhon) kepada Allah. Jangan karena doa belum dikabulkan lalu ngambek, apalagi sampai marah-marah kepada Allah. Naudzubillahi mindzalik...!
Oleh: Edy Mulyadi