SOLOPEDULI.ORG- Siapa yang tak mengetahui sosok Ibn Sina, seorang muslim yang ahli di bidang kedokteran, Al-Khwarizmi dengan matamatikanya, Imam Ghazali, Ibn Khaldun di bidang agama, politik dan sosial, dan lain sebagainya. Tokoh-tokoh tersebut merupakan generasi literer pada masanya yang berhasil menaikkan derajat Islam.
Pada mulanya, kemajuan ilmu pengobatan dimulai pada zaman pemerintahan Bani Umayah (661-720 M). Akan tetapi kemajuan pesat itu baru terlihat ketika zaman kekhalifahan Abbasiyah (750-1258 M). Lembaga pendidikan menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Di lembaga pendidikan ini juga ilmu kedokteran banyak dipelajari dan dikembangkan. Hingga pada zaman keemasan Islam, banyak sekali buku-buku ilmu kedokteran.
Pada tahun 856 M, Khalifah Al-Mutawakkil mendirikan sekolah penterjemahan di Baghdad. Selain itu, di sekolah itu juga dilengkapi dengan museum buku-buku yang sangat banyak. Tradisi penterjemahan dan penciptaan buku-buku ilmu pengetahuan menjadi sebuah kebutuhan yang diprioritaskan saat itu. Pada zaman pemerintahan Al-Ma'mun (813-833 M), kemajuan terjemahan pengetahuan mencapai kemajuan sangat pesat. Dengan resmi pemerintah membangunkan sebuah sekolah di Bagdad yang menjadi pusat penterjemahan. Inilah sekolah perterjemahan pertama di dunia yang dibuat secara serius. Sekolah ini semakin menarik sebab terintegrasi dengan taman-taman pustaka. Sejarah mencatat, tradisi penterjemahan ini memiliki tokoh yang sangat penting yaitu Hunayn Ibnu Ishaq (809-877 M). Hunayn adalah seorang doktor ahli filsafat yang telah menterjemahkan 100 buah buku tentang pengobatan dan filsafat ke dalam bahasa Syria dan 39 buah ke dalam bahasa Arab.
Betapa Islam, pada masa kejayaannya adalah kaum yang memiliki pengaruh di berbagai bidang ilmu. Bahkan tidak hanya pada satu bidang ilmu saja, astronomi, fisika, kimia, matematika, hingga sastrapum dipelajari dengan apik oleh kaum muslim pada zaman kejayaannya dulu. Perkembangan lainnya adalah ketika berkembanganya pemikiran filsafat di kalangan Islam. Banyak pemeluk agama lain yang tertarik dengan Islam karena tradisi berfikir yang kritis dan mendasar. Bahkan, buku-buku filsafat yang dibuat oleh para filosof Islam banyak mempengaruhi negara lain sehingga banyak yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain.
Gerakan berliterasi sudah diterapkan oleh para cendekiawan muslim dahulu. Membaca, berdiskusi dan menulis, adalah bentuk literasi yang kerap dilakukan. Namun apakah tradisi literasi tersebut masih dilakukan oleh masyarakat kita saat ini? Tentu masih, tapi tak banyak. Perkembangan teknologi dan pengaruh internet jadi salah satu faktor semakin menurunnya minat baca kita. Lebih baik membaca status teman facebook daripada membaca buku, lebih baik buat kilas cerita di instagramdibanding menulis ribuan karakter artikel. Agaknya itu sudah melekat pada generasi kita. Alangkah baiknya, kita sebagai umat muslim, kembali menegakkan budaya literasi, untuk mencapai kejayaan islam yang dulu pernah dilakukan oleh para pendahulu kita.
Selamat Hari Buku!