Meraih Kebahagiaan Dengan Meninggalkan Maksiat

Meraih Kebahagiaan Dengan Meninggalkan MaksiatManusia tidak terlepas dari perbuatan dosa, terlebih seorang wanita yang kurang akal dan agamanya, akan tetapi sebaik-baik seorang hamba yang berbuat dosa adalah yang segera bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla ketika terjerumus kedalamnya, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda (yang artinya) : “Semua anak Adam banyak berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat.”

Ketahuilah bahwasanya dosa dan maksiat sangat berbahaya  bagi hati, seperti bahayanya racun apabila masuk kedalam tubuh. Seluruh keburukan dan bencana yang menimpa tidak lain dikarenakan dosa dan maksiat, AllahSubhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

”Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu”  (QS. Asy Syuara : 30)

Dampak Buruk Maksiat

Semua manusia mengharapkan kebahagiaan, berbagai cara akan ditempuh, sebagian dari mereka mencari harta dengan susah payah, jabatan dan kedudukan yang tinggi, ketika mereka di tanya apa tujuan mereka, kebanyakan dari mereka akan menjawab untuk mencari kebahagiaan. namun justru yang didapatkan adalah kebalikan dari tujuannya yaitu kesengsaraan yang berkepanjangan. Tiada kebahagiaan hakiki bagi hati seorang yang bermaksiat kepada Allah, kalaupun ia rasakan itu hanya semu dan sesaat. Adapun adzab yang pedih akan ia rasakan baik di dunia terlebih kelak di akhirat.

Perbuatan maksiat memiliki banyak sekali dampak buruk diantaranya yaitu :

1.     Terhalang dari mendapatkan ilmu padahal ilmu adalah cahaya yang diberikan oleh Allah kepada hati seorang hamba.

2.     Terhalang dari melakukan ibadah kepada Allah

3.     Hatinya akan suram dan merasa terasing

4.     Hatinya sempit dan lemah

Dan masih banyak lagi dampak buruk lain yang akan menimpanya. Terkadang dampak buruk dari dosa tidak langsung ia rasakan, namun akan ia rasakan beberapa waktu kemudian.

Sebab Kebahagiaan

Bagi seorang hamba yang hidup hatinya maksiat merupakan perkara yang akan menyesakan hatinya, membuatnya gelisah dan gundah.

Sebaliknya, dengan meninggalkan maksiat, engkau akan meraih kebahagiaan yang sesungguhnya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ ، وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِى الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ

“Kebajikan itu adalah apa saja yang jiwa merasa tenang dengannya dan hati merasa tenteram kepadanya, sedangkan dosa adalah apa saja yang mengganjal dihatimu dan membuatmu ragu meskipun manusia memberi penjelasan kepadamu “ (HR. ad-Darimi 2588)

Buah meninggalkan dosa:

1.   Membahagiakan hati, melapangkan dada dan membersihkan jiwa. Orang yang meninggalkan dosa dadanya akan lapang dan hatinya bahagia, adapun pelaku maksiat maka hatinya akan terasa sempit  disebabkan dosa yang ia lakukan, karena kemaksiatan akan menghilangkan berbagai kenikmatan.

2.  Mendapatkan jalan keluar dalam setiap permasalahan dimana permasalahan inilah yang menyesakan hati orang-orang fasik dan pelaku maksiat.

Allah Ta’ala berfirman,

          وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan jalan keluar baginya.” (QS. At-Thalaq:2)

3. Dimudahkan dalam melaksanakan ketaatan. Maksiat dapat membutakan pandangan hati, memadamkan cahaya, dan menghalanginya dari ketaatan.

4.  Merasakan manisnya iman dan manisnya ketaatan kepada Allah. Bersyukurlah bagi seorang hamba yang di berikan taufiq oleh Allah untuk benar-benar dapat mengenal agama ini, tidak ada kenikmatan yang lebih indah dari pada seorang yang telah dapat merasakan manisnya iman, lezatnya melaksanakan ketaatan kepada Allah   Azza wa Jalla. Seorang ulama mengatakan: “Sesungguhnya di dunia ini terdapat surga, barang siapa yang tidak memasukinya maka ia tidak akan masuk surga akhirat”. Dikatakan bahwa surga  tersebut adalah ma’rifatullah (mengenal Allah dengan sebaik-baiknya).

5.     Mudah memperoleh rizki melalui jalan yang tidak di sangka-sangka.

6.     Memelihara cahaya hati agar tidak ter padamkan oleh kegelapan maksiat. Maksiat adalah kegelapan adapun ketaatan adalah cahaya.

7.     Doanya cepat dikabulkan.

8.     Diberi kemudahan dalam memperoleh ilmu

9.     Meraih cinta Allah Azza wa Jalla.

Demikianlah beberapa buah dari meninggalkan maksiat. Siapa yang tidak bahagia ketika seorang hamba mendapatkan kecintaan Allah, ketika ia berdoa, doanya cepat dikabulkan oleh Allah, hatinya tentram, tidak gelisah, yang demikian dikarnakan kedekatanya kepada Rabbnya. Namun banyak manusia justru keliru, ia mencari kebahagiaan melalui hal-hal yang diharamkan Allah, yang hal tersebut justru menjerumuskanya dalam kesengsaraan.

Berikut adalah sebab lain dari sebab-sebab kebahagiaan:

Bersyukur atas segala nikmat yang Allah Azza wa Jalla berikan, bersabar atas musibah yang menimpa dan zuhud terhadap dunia yang hakikatnya menipu. Seorang hamba     yang telah merasakan manisnya iman dan lezatnya taat kepada Allah ia akan menganggap dunia ini kecil di hatinya , dunia adalah sesuatu yang hina, tempat yang menyusahkan, sehingga hatinya tidak disibukan denganya.

Hatinya dipenuhi dengan kerinduan terhadap akhirat,karna ia mngetahui bahwa kebahagiaan akhiraat   begitu mulia, sehingga iapun dengan mudah melaksanakan ketaatan kepada Allah. Adapun pelaku maksiat ia akan terus terjerumus pada kemaksiatanya karna kemaksiatan akan melahirkan kemaksiatan yang berikutnya, dan kemaksiatan akan melemahkan keinginan untuk melakukan kebaikan dan melemahkan pengagungan terhadap Rabbnya. Nas’alullaha assalamah wal ‘afiyah.

Semoga Allah memberikan kita taufiq agar dapat memanfaatkan semua waktu kita untuk melakukan hal-hal yang Allah cintai, sehingga kita termasuk orang-orang yang beruntung dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.

Wa shallallahu ‘ala Nabiyina muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam wa ashhabihi wa man tabi’ahum bi ihsanin ila yaumiddin.



Sumber : muslimah