Buka Posko Kemanusiaan, Relawan SOLOPEDULI Tiba Di Aceh Tamiang Usai Tempuh Perjalanan Darat Enam Hari

Setelah menempuh perjalanan darat selama enam hari, tim relawan SOLOPEDULI yang diberangkatkan dari Solo, akhirnya tiba di Aceh Tamiang pada Senin, 29 Desember 2025. Setibanya di lokasi, relawan langsung membuka posko kemanusiaan sebagai pusat koordinasi bantuan bagi para penyintas banjir.

Posko relawan berlokasi di Desa Bukit Rata, Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang, dengan memanfaatkan sebuah ruko milik warga yang dipinjamkan secara sukarela.

Dalam misi kemanusiaan ini, relawan SOLOPEDULI mengerahkan satu unit mobil rescue Hilux dan satu unit ambulans untuk mengawal empat truk bermuatan bantuan logistik dari Solo menuju Aceh. 

Setelah posko siap beroperasi, tim relawan langsung menurunkan bantuan logistik sebanyak 12 ton dari total 24 ton muatan yang dibawa. Sisanya dijadwalkan akan disalurkan ke wilayah Bireuen, Aceh, yang juga terdampak parah banjir.

Kabupaten Aceh Tamiang menjadi salah satu wilayah dengan kondisi paling memprihatinkan akibat bencana banjir. Hingga Selasa, 30 Desember 2025, tercatat sebanyak 1.140 orang meninggal dunia, 399.200 jiwa mengungsi, 163 orang dinyatakan hilang, serta 52 kota dan kabupaten terdampak. Kondisi ini membuat proses pemulihan diperkirakan membutuhkan waktu yang panjang.

Perjalanan relawan menuju lokasi bencana pun tidak mudah. Tim harus menempuh jalur darat dari Solo hingga Banten di Pulau Jawa, menyeberang menggunakan kapal menuju Sumatra, hingga menghadapi berbagai rintangan di lapangan. Mulai dari antrean panjang bahan bakar yang memaksa tim membeli bensin secara eceran, medan berlumpur yang harus dilalui secara off-road, hingga musibah pencurian telepon genggam milik relawan.

dok.humas: Relawan SOLOPEDULI menata barang setelah loading, di posko

Adapun bantuan yang dibawa meliputi panel surya (solar cell), genset, pompa air, tandon air, perangkat Starlink, paket logistik berupa beras, gula, minyak goreng, mi instan, roti, dan minuman, serta perlengkapan kebersihan, kasur, selimut, dan alas tidur. Selain itu, disalurkan pula hygiene kit, perlengkapan ibadah, kebutuhan dapur umum, Al-Qur’an, paket trauma healing untuk anak-anak, pakaian layak pakai, 3.200 paket abon, jas hujan, kebutuhan bayi, serta obat-obatan.

Tim relawan dikomandani oleh Muhammad Nurdin, relawan senior SOLOPEDULI. Ia mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi yang ditemui di lokasi bencana.

“Saat tiba di lokasi, kami melihat kondisi yang sangat memprihatinkan. Lingkungan, rumah, hingga kondisi warganya membuat kami terharu,” ujar Nurdin.

dok.humas: Relawan SOLOPEDULI berkoordinasi untuk melaksanakan aksi

Hal serupa disampaikan oleh Iqbal, relawan SOLOPEDULI yang turut bertugas di Aceh Tamiang. Ia menyoroti dampak banjir terhadap kehidupan anak-anak.

“Anak-anak sekarang bukan bersekolah, tetapi berada di pinggir jalan meminta makan dan minum. Mereka kesulitan mendapatkan makanan karena memang sangat terbatas,” tuturnya.

Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, warga harus menunggu bantuan dari relawan karena akses dan ketersediaan pangan yang sangat terbatas.

dok.humas: Relawan SOLOPEDULI berjalan di antara puing-puing kerusakan di Aceh Tamiang

Melalui pembukaan posko ini, SOLOPEDULI berkomitmen untuk terus mendampingi para penyintas hingga kondisi berangsur pulih, sekaligus mengajak masyarakat luas untuk turut berpartisipasi dalam membantu saudara-saudara di Aceh yang tengah menghadapi masa sulit pascabencana.(snk)