Oleh: Dr. Marijati
Saat ini tidak bisa dipungkiri, krisis yang terjadi adalah krisis multidimensi. Dari sekian krisis yang ada diantara sumbernya adalah rapuhnya rumah tangga yang diantara penyebabnya adalah kurang kuatnya profil ibu. Bahkan wanita adalah tiang negara, bila wanitanya kuat, maka kuatlah negara itu.
Untuk menjadi wanita yang kuat, haruslah belajar dari wanita yang kuat. Salah satunya adalah sosok Ibu Hajar, isteri Nabiyullah Ibrahim AS, ibunda Nabi Ismail. Ada beberapa hal yang dapat kita teladani dari beliau:
1. Ibu yang Taat kepada Allah
Pada saat Nabi Ibrahim akan meninggalkan Ibu hajar dan puteranya yang masih bayi di tengah padang pasir tak bertuan, Ibu Hajar bertanya, "Mengapa engkau meninggalkan kami di sini?" sampai tiga kali dan Nabi Ibrahim hanya diam. Kemudian Ibu Hajar bertanya lagi, "Apakah ini perintah Allah?". Maka Ibrahim menjawab, "Ya, ini perintah dari Allah".
Seorang ibu yang memiliki ketaatan kepada Allah tentu akan menjadi isteri yang mudah diatur, mudah diingatkan bila salah dan mudah pula diajak dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah.
2. Ibu yang mandiri dalam maisyah/ekonomi
Pada saat ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim, walau hanya membawa sedikit bekal dan harus menyusui bayinya, Ibu Hajar berusaha untuk mempertahankan kehidupan diri dan anaknya dengan berusaha mencari air hingga Allah memberikan sumur zam-zam.
Banyak kisah yang kerana himpitan ekonomi, seorang ibu putus asa. Ibu Hajar mengajari kita bahwa sesungguhnya wanita harus mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga juga manakala suami tidak ada atau tidak mampu. Paling tidak membantu suami untuk mencukupii kebutuhan hidup. Tentu saja semua tetap harus dalam bingkai syar'i.
3. Ibu yang sabar dan setia
Ibu Hajar tidak mengeluh meskipun harus sendirian dengan putranya dan tetap menunggu datangnya Nabi Ibrahim di tempat dimana dulu ditinggalkan. Dan kemudian menyambut penuh cinta saat Nabi Ibrahim kembali lagi.
Dari sekian kasus perceraian ternyata diantara penyebabnya adalah perselingkuhan yang dilakukan isteri, ketidaksabaran dalam mendampingi suami menghadapi problem rumah tangga. Jika saja kita belajar dari Ibu Hajar maka kesetiaan dan kesabaranlah yang harus terus kita semai di hati agar keutuhan rumah tangga selalu terjaga.
4. Ibu yang berhasil dalam mendidik putranya
Ibu Hajar adalah contoh Ibu yang Single Parentdalam mendidik anak. Namun, hasilnya luar biasa. Ismail adalah anak yang hormat kepada orangtua, sabar dan taat kepada Allah. Berakhlak baik, bertutur kata sopan bahkan di saat ayahnya yang telah lama meninggalkannya dan baru beberapa saat bertemu menyampaikan perintah Allah untuk menyembelihnya maka bukan caci maki yang keluar, melainkan kata-kata yang menunjukkan kedewasaan dan kematangan jiwa.
Maraknya kenakalan remaja saat ini baik berupa tawuran antar geng, seks bebas, narkoba, dan lain-lain, sebenarnya akan lebih mudah diselesaikan bila tiap Ibu benar-benar memperhatikan pendidikan anaknya baik pendidikan aqidah, moral, intelektual, fisik, psikis, sosial maupun seksual. Mengerti apa yang harus diberikan pada anaknya, mengevaluasi dan meluruskan bila ada penyimpangan.
5. Ibu yang memiliki jiwa sosial/kemasyarakatan
Ibu Hajar adalah yang memulai munculnya kota Mekkah. Bila saja beliau orang egois, arogan, cuek, tentulah tidak akan banyak orang yang tinggal di sekitar sumur zam-zam.
Kadang kita dapati ibu rumah tangga yang karena kesibukan karir dan rumah tangganya membuat dirinya tidak berinteraksi dengan lingkungannya, padahal khoirunnaasi anfa'uhum linnas(sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya). Bagaimana ia memberi manfaat kalau ia tak berinteraksi dan tidak tahu kebutuhan masyarakatnya?
Demikian, semoga kita dapat meniru kesholihan Ibu Hajar. Allahu A'lam Bishowab.
Sumber: Majalah Hadila, Edisi 18