Oleh: Aswit Saccharosa Sk, S.Pd
Banyak pasangan muda muslim yang mengira bahwa keluarga sakinah bisa didapatkan dengan mudah dan cepat, tanpa mengira bahwa banyak liku dan waktu yang cukup lama untuk mewujudkannya. Salah satu pondasi dasar untuk mewujudkannya adalah adanya rasa kebersamaan.
Inti kebersamaan dalam pernikahan adalah saling memberi serta saling menerima, untuk tidak saling menuntut. Itulah yang dikatakan sebagai komponen kebahagiaan. Maka diharapkan masing-masing individu memiliki modal itu, sehingga dapat membahagiakan pasangannya.
Perbedaan latar belakang antara suami dan istri adalah tantangan bagi sebuah keluarga untuk mengolahnya menjadi ramuan kebahagiaan. Tidak mungkin, suami-istri memiliki kesamaan 100%, pasti ada sisi-sisi kepribadian yang berbeda, contoh; berbeda dalam karakter, potensi, bakat, pandangan hidup dan lain-lain. Maka dari itu, sangat penting menyamakan persepsi tentang keluarga bahagia itu seperti apa. Jangan sampai pemahaman suami akan keluarga sakinah berbeda dengan pemahaman si istri. Satu memahami keluarga sakinah dengan nilai A, yang lain memahaminya dengan nilai B. Nila demikian, sampai kiamat pun mereka tidak akan bahagia.
Kesamaan persepsi sebaiknya tertuang dalam kesamaan visi dan misi keluarga. Visi tidak meski sama setiap tahunnya. Ada kalanya dirubah sesuai kemampuan dan tujuan yang hendak diraih pada periode tertentu. Contoh pasangan suami istri memiliki visi di tahun pertama untuk saling mencintai. Visi inilah target yang hendak diraih di tahun pertama. Kenapa memilih visi ini? Menurut sebagian orang, tahun pertama masih merupakan masa ta'aruf atau perkenalan. Suami-istri belum sepenuhnya tahu karakteristik pasangannya. Maka dibutuhkan saling berusaha untuk mengetahui segala sesuatu tentang suami dan istrinya.
Visi di tahun kedua tidak harus sama dengan visi di tahun pertama. Bila ditahun pertama untuk saling mencintai, bisa jadi di tahun kedua untuk saling menguatkan. Pada umumnya tahun kedua sudah punya momongan. Berarti harus berbagi perhatian dengan si kecil. Begitu pula di tahun ketiga, visi dapat dirubah dengan menabung banyak hal, seperti ilmu, harta yang semuanya disesuaikan dengan target yang diinginkan.
Sumber: Majalah Hadila, Edisi 22