"Ketika salat Subuh saya selalu berpindah-pindah dari satu masjid ke masjid yang lain. Di situ saya harus azan. Setelah salat Subuh saya manfaatkan untuk silaturahim, berinteraksi dengan masyarakat saat masihfresh. Subuh keliling sekaligus saya manfaatkan untuk kaderisasi, karena orang yang mau datang berjamaah Subuh di masjid itu pasti orang yang ikhlas dan mau berkurban."
Demikian petikan percakapan Tim Solopeduli bersama Sutrisno, salah seorang Duta Peduli di daerah Praci, Wonogiri. Selain menjadi Duta Peduli, dia mendapatkan amanah dari masyarakatnya sebagai lurah di daerah Jimbar.
Dekat dengan Masyarakat
Menjadi seorang pemimpin bukan hal yang mudah, karena kelak di akhirat akan dimintai pertanggungjawaban. Karena itu sebagai lurah, Sutrisno berusaha memanfaatkan amanah tersebut sebaik mungkin untuk membangun daerahnya, baik dari segi fisik lingkungan maupun moral masyarakat.
Selain salat Subuh, dia juga "memanfaatkan" salat Magrib dan salat Isya, berjamaah berpindah-pindah dari masjid satu ke masjid yang lain sambil menyambangi masyarakatnya.
Ketika berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, bapak satu anak ini senantiasa ditawari untuk sekadar singgah wedangan, oleh masyarakat sekitar. Ada kedekatan antara masyarakat dengan pemimpinnya.
Di masa kepemimpinannya, dia mencanangkan daerah Jimbar yang awalnya gersang menjadi hijau kembali pada tahun 2018. Selain Jimbar Hijau, dia juga sedang menyiapkan daerahnya menjadi desa mandiri energi dan pertanian, bisa mengelola peternakan dengan baik dan modern sehingga kemanfaatannya bisa dirasakan masyarakat secara langsung.
"Kepada masyarakat saya senantiasa berpesan agar meningkatkan iman dan takwa kepada Allah. Karena dalam Alquran sudah dijelaskan jika penduduk suatu negeri itu beriman dan bertakwa maka berkah itu akan turun dari langit dan bumi," tutur Sutrisno.
Karena Kita Peduli
Sebagai seorang lurah sekaligus Duta Peduli, Sutrisno selalu mengajak rekan-rekannya sesama lurah untuk berbagi kepedulian terhadap mereka yang membutuhkan. Saat ini ada 15 orang kepala desa yang ikut berdonasi serta beberapa perangkat desa yang mulai dia ajak untuk berbagi kepedulian juga.
"Ayolah... hanya 15 ribu rupiah saja kok, jangan pelit-pelit," tuturnya mempraktikkan caranya ketika mengajak lurah yang lain ikut berdonasi program Surga Dhuafa.
"Kita itu siapa sih? Bukan siapa-siapa. Orang mau mendekat kepada kita itu bukan karena kita kaya, pintar, atau hebat, tetapi karena kita peduli," pungkasnya. (Taufik)