Sekardus Susu untuk Luqman, Penderita Atresia Bilier dari Gunung Kidul

YOGYAKARTA-Luqman, anak laki-laki berusia 4 tahun 9 bulan warga Gunungkidul itu dilahirkan begitu istimewa, tidak seperti anak-anak kecil lain yang bisa tumbuh dengan normal.  Luqman harus tumbuh dengan perut yang makin membesar dan mata yang semakin sayu kekuning-kuningan. Luqman adalah salah satu dari sedikit anak kecil yang divonis menderita Atresia Bilier semenjak lahir. Bahkan menurut penelitian, Atresia bilier ini terjadi pada 1 dari 10.000 bayi dengan kebanyakan yang terserang adalah perempuan. Jadi, kasus Luqman ini ‘sangat istimewa' dan jarang terjadi. Luqman bisa bertahan hingga usia hampir 5 tahun ini juga bisa dikatakan sebagai ‘prestasi' tersendiri. Berdasarkan pengalaman, penderita Atresia Bilier sebelumnya rata-rata hanya bertahan sampai pada usia 2-3 tahun. Hal ini terjadi jika tidak segera dilakukan operasi pencangkokan hati.

Ayah luqman bernama Tumiyo (48 tahun) dan ibu Luqman bernama Sri Daryani (35 tahun). Sehari-hari Pak Tumiyo bekerja menjadi buruh bangunan lepas di sekitar area Provinsi DIY. Sedangkan Bu Sri Daryani tidak bekerja. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kondisi Lukman yang sakit sejak lahir, tentu pendampingan dan perawatan intensif dari ibunda tercinta sangat dibutuhkan. Meskipun hidup dalam kondisi yang kekurangan, Pak Tumiyo dan Bu Sri selalu ingin memberikan pengobatan terbaik. Pulang-pergi Gunung Kidul–Yogjakarta sudah biasa dilakoni semenjak Luqman berusia 6 bulan. Seolah RS. Dr. Sardjito adalah rumah kedua yang selalu dikunjungi rutin oleh keluarga ini.

Mungkin, satu-satunya cara yang belum ditempuh Pak Tumiyo adalah operasi cangkok hati untuk anak tercintanya ini. Mengingat mahalnya biaya untuk cangkok hati,  orangtua Lukman hanya bisa menunggu uluran bantuan orang-orang dermawan. Setidaknya membutuhkan biaya 1,6 M untuk biaya operasinya saja. Hingga akhirnya pada tahun 2016, Luqman menjadi salah satu anak yang beruntung, terpilih menjadi 1 dari 2 orang anak penderita Atresia Bilier yang akan dioperasi cangkok hati gratis kerja sama antara RS Sardjito dengan RS dari Jepang. Luqman harus menunggu cukup lama, hingga tanggal kepastian naik meja operasi sudah didapatkan yaitu pada tanggal 14 November 2017 besok. Tentu ini menjadi kabar gembira, lebih-lebih bagi ibu Luqman, Bu Sri Daryanti yang akan bertindak sebagai pendonor hati juga sudah memiliki kecocokan dengan hati Luqman. Hal ini diketahui setelah dilakukan proses screening.

Namun masalah tak berhenti di situ, 3 bulan setelah operasi cangkok hati, Luqman dan ibunya- selaku pendonor harus dirawat intensif di RS Sardjito. Selama 3 bulan tentu menjadi waktu yang tidak sebentar, ditambah pendampingan dari Pak Tumiyo untuk istri dan anak tercintanya ini juga harus semakin intensif. Artinya, Pak Tumiyo harus fokus di rumah sakit dan tidak bisa bekerja. Belum lagi ditambah obat-obatan, susu, vitamin pascaoperasi yang tidak tercover oleh RS Sardjito. Sementara, di rumah ada 3 orang anak Pak Tumiyo Bu Sri yang masih sekolah dan membutuhkan biaya. Pada Selasa (7/11) Solopeduli berkesempatan untuk Silaturahim dan memberikan bantuan pada Luqman dan keluarga. Solopeduli memberikan satu kardus susu yang berisi 6 kaleng susu khusus ini, yaitu susu Peptamen Junior, susu khusus untuk penderita Atresia Bilier. Ini adalah bantuan tahap awal. Ke depan Solopeduli berkomitmen untuk melakukan penggalangan dana, utamanya untuk biaya hidup selama di rumah sakit dan biaya sekolah untuk ketiga anak pasangan Pak Tumiyo dan Bu Sri Daryani ini. [Ach/Kjay]