Berzikir Itu Anugerah

Berzikir itu Anugerah-"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (Q.S. Ar-Ra'd [13]: 28)

Suatu Ahad pagi seorang dosen mengendarai mobil, bermaksud ke kota. "Hanya sebentar saja," katanya kepada sang istri. Pamit hanya sebentar, karena hari itu ada undangan yang hendak dihadiri berdua pukul 09.00. Ternyata sampai pukul 09.00 belum juga datang ke rumah.

Istrinya sudah selesai berdandan dan tinggal berangkat ke acara. Namun sang suami tidak bisa dihubungi karena telepon genggam pun tertinggal di rumah, juga dompetnya. Baru lewat pukul 10.00 terdengar mobil mendekati rumah. Dan yang menjadi tanda tanya si istri, yang menyopiri adalah anggota polisi.

"Ada apa gerangan?" batin si istri. Ternyata kepala keluarga itu lupa jalan pulang menuju ke rumahnya. Aneh. Dan itu nyata. Untungnya pendidik itu masih ingat nama diri dan kampus tempatnya bekerja. Dengan dua data itu polisi dengan mudah melacak alamat lengkapnya.

Dokter menyebut ia mengalami gejala demensia. Memorinya susut. Bisa saja badannya masih tegap dan kokoh, tetapi ingatannya butuh dipulihkan, terutama tentang beberapa hal yang masuk ke benak di tahap akhir hidupnya.

Begitu penting ingatan akan rumah sendiri. Dan kasus orang-orang yang tidak bisa pulang ke rumah sendiri itu cukup banyak, bisa di perkotaan atau perdesaan. Tentu saja menyulitkan bagi yang bersangkutan dan keluarga.

Apa kaitannya dengan berzikir? Berzikir adalah mengingat, yaitu mengingat Allah SWT. Kepada-Nya kita semua akan kembali, berpulang. Mengingat tujuan berpulang itu tentu saja sangat penting, maka bisa berzikir itu anugerah. Sama dengan kasus kita sehari-hari, bisa mengingat alamat lengkap rumah dan jalan pulang ke rumah juga merupakan anugerah.

Berzikir itu sangat penting. Ada hadis qudsi, Allah Ta'ala berfirman "Saya menyertai dugaan hamba-Ku tentang Aku, Aku menyertainya apabila dia mengingat-Ku, jika ia mengingatku sendiri maka Aku mengingatnya sendiri, jika ia mengingat-Ku dalam keramaian (secara berjemaah) maka Aku mengingatnya secara lebih baik, jika dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku mendekatinya sehasta, jika dia mendekatiKu sehasta, maka aku mendekatinya sedepa, jika dia mendatangi-Ku berjalan, maka Aku mendatanginya berlari." (H.R. Bukhari dan Muslim)

Berzikir Menjadikan Hati Tenang

Berzikir menjadikan hati tenang. Jauh dari zikir hati jadi gundah gulana. Karena, menjauh dari zikir berarti juga menjauh dari mengingat Sang Pencipta. Padahal, Sang Penciptalah sumber segala kebaikan yang dibutuhkan manusia.

Zikir bisa dilakukan di mana pun, dengan suara lirih dan dalam jemaah bersama orang-orang, bisa dengan suara yang lebih terdengar. Menjelang Subuh, di waktu sepertiga akhir malam, zikir terasa seperti berbisik-bisik dengan Sang Khalik.

Syekh Athiyah bin Muhammad Salim menjelaskan dalam Syarah Al-Arba'in An-Nawawiyah bahwa termasuk adab berzikir adalah menjaga keikhlasan semata-mata karena Allah, menghadirkan hati, menghadap kiblat, dalam keadaan suci dari najis dan hadas, mengutamakan waktu yang baik, dan menutup aurat.

Saat mendapatkan kebahagiaan, melihat hal yang menakjubkan, mengalami suatu musibah, berangkat bepergian, datang ke rumah, masuk ke rumah, dan dalam berbagai keadaan sehari-hari kita juga bisa berzikir kepada Allah Swt.

Dzikir Mendatangkan Pertolongan Allah

Nabi Muhammad Saw mengajarkan banyak ragam bacaan zikir dan doa untuk umat beliau. Para sahabat didikan beliau merupakan teladan juga. Pengalaman para sahabat dan keluarganya juga patut menjadi bahan pelajaran yang berharga bagi kita.

Saat itu masyarakat belum sebaik sekarang. Begal-membegal masih menjadi kebiasaan sebagian kelompok di kawasan Arab. Hal ini mengundang permusuhan yang berkepanjangan. Di masa itu ada putra dari sahabat Rasulullah Saw, bernama 'Auf bin Malik Ra, tertawan oleh orang kafir saat sedang menggembala ribuan domba. Para begal itu mengincar ribuan domba yang sedang digembalakan.

Situasi genting. Keselamatan nyawa jadi prioritas utama. 'Auf bin Malik Ra dan istrinya sangat khawatir dan cemas dengan keselamatan anaknya. Lalu, ia menghadap kepada Rasulullah Saw mengadukan kegentingan itu. Rasulullah memintanya bersabar dan tidak terus-menerus mengeluh.

Rasulullah juga menasihatkan untuk banyak berzikir "La haula wa laa quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhim." Zikir itu dalam Bahasa Indonesia setara maknanya dengan "Tidak ada daya dan kekuatan kecuali pertolongan dari Allah yang Mahatinggi dan Mahaagung."

Sungguh di luar dugaan 'Auf dan istrinya, beberapa waktu kemudian berkat pertolongan Allah dan zikir yang dibaca bersama istrinya, sang putra menemukan jalan keluar untuk lolos pada saat orang-orang kafir itu lengah. Putra sahabat Nabi itu pun kembali pulang dengan selamat dan menggiring 4.000 ekor domba gembalaannya. Bisa berzikir itu anugerah Allah Swt kepada hamba-Nya

Penulis: K.H. M. Dian Nafi'
Sumber: Majalah Hadila Edisi 175
Foto: unsplash-masjid pogung dalangan