6 Cara Mengatasi Anak Saat Tahu Masalah Orang Dewasa

Ada sebuah cerita, seorang ibu yang mempunyai seorang anak perempuan kelas 2 SD. Kebetulan di lingkungannya ada pasangan yang bercerai karena perselingkuhan, dan sempat jadi perbincangan. Sampai si anak tahu. Anak itu pernah ngobrol dengan temannya, bilang kalau ayah si A jahat karena sudah selingkuh. Si A adalah anak dari pasangan yang bercerai itu. Ibu itu takut perkembangan mental anaknya terganggu, karena di usianya sekarang sudah paham hal-hal semacam itu. Bagaimana cara mengatasinya?

Di era sekarang memang informasi apa pun, baik positif maupun negatif berlimpah ruah. Kosakata, perilaku, kabar berita didapat dari media sosial atau percakapan di sekitar kita. Bahkan bagi orang dewasa sekalipun, lalu lintas kabar berita tersebut dapat terasa meresahkan dan menakutkan. Apalagi bagi anak-anak yang masih belum matang cara berpikir dan bertindaknya.

Lantas sebagai orang tua, bagaimana cara yang bijak kita menyikapi fenomena ini?

Selalu Perbanyak Kata-Kata, Respons, Aktivitas Positif

Kata-kata, respons, dan tindak tanduk orang tua menjadi teladan bagi anaknya. Membentak atau memarahi ketika mereka berperilaku kurang terpuji, seperti mengucapkan kata "selingkuh", hanya akan membuat anak tambah bingung dan waswas.

Ketika anak mengucapkan kata "selingkuh", orang tua yang mendengarnya mengiringi dengan kalimat, "Astaghfirullah, innalillah, subhanallah, laa haula wa laa quwwata illa billah." Respons ini memberi edukasi bagi anak bahwa kata "selingkuh" bukan kata positif dan tidak boleh diulang-ulang. Kata "selingkuh" bagi anak-anak mirip kata-kata umpatan lain.

Gali Kognisinya

Bila memergoki anak mengucapkan kata "selingkuh", ajak ia berbicara berdua. Lakukan beberapa hal sebagai berikut:
1). Tanyakan, di mana mendapat kosakata "selingkuh"? Apa artinya. Kalau anak berkata, "Aku gak tau arti selingkuh," tutup perbincangan dengan nasihat bijak bahwa kalau anak sudah besar akan diberi tahu apa arti kata tersebut. Tak perlu menjelaskan panjang lebar.
2). Kalau anak memberi penjelasan tepat dengan kosakata sopan seperti, "Selingkuh itu ayahnya pacaran lagi," maka jelaskan bahwa pacaran itu tidak baik. Beri penjelasan dengan kata-kata masuk akal untuk anak seusianya.
3). Kalau anak memberi penjelasan dengan kosakata tidak sopan, seperti kata-kata mengumpat terkait ayah temannya dan selingkuhannya, tegaskan bahwa kata-kata buruk hanya mengundang murka Allah SWT. Ibu perlu garis bawahi bahwa kata-kata tersebut dilarang untuk diulangi lagi.

Gali Emosinya

Tanyakan apa yang anak rasakan kerika mendengar cerita temannya. Ingat, ibu sebaiknya jangan terpancing menggunakan kata "selingkuh".

Dengarkan dengan seksama apa yang menjadi sudut pandang anak. Mungkin, ia sedih karena temannya terlihat sedih dan tertekan. Mungkin ia takut dan cemas, jika ortunya mengalami hal serupa. mungkin ia ikut curiga dengan ayahnya. Ketika emosi anak dapat digambarkan detail, orang tua dapat mengambil sikap jauh lebih jernih.

Misal, anak berkata, "Ma, papanya temanku selingkuh."
"Astaghfirullahal'adzim, laa haula wa laa quwwata illa billah," respons ibu.
"Jahat sekali papanya selingkuh ya, Ma," anak mengulangi lagi kata selingkuh.
"Kondisi teman Kakak bagaimana?" ibu berusaha mengalihkan fokus anak dari kata selingkuh.

Percakapan di atas hanya ilustrasi. Boleh jadi, dalam kenyataan, ibu menghadapi kondisi lebih sulit. Karena anak begitu tertarik dengan kata "selingkuh" itu, sehingga bolak-balik mengulanginya.

Teruslah berkata dan bersikap positif, dengan menunjukkan empati pada anak. Kenapa? Karena dalam tubuh kecilnya, isi kepalanya berkecamuk antara rasa ingin tahu dan kecemasan. Bila ibu mengambil langkah negatif, seperti membentak dan mengatakan, "Gak usah ngomong begituan!", boleh jadi anak menyimpan keresahannya sendiri.

Beri Dukungan

Bila anak merasa sedih, resah, bahkan curiga pada ayahnya, maka peluk anak dan katakan sebaiknya mereka memohon perlindungan pada Allah SWT agar jauh dari godaan setan.

Ajak Anak Mengambil Langkah Positif

Agar anak menjadi pribadi solutif, ajak ia untuk memberikan hadiah bagi temannya. Bisa dengan memberi hadian buku diari atau sketchbook agar temannya mencurahkan isi hati.

Ajak Sekolah Melakukan Pengawasan

Sampaikan pada gutu atau wali kelas tentang perkembangan terkini. Diskusikan berbagai langkah terbaik untuk perkembangan psikis seluruh siswa, termasuk siswa yang orang tuanya mengalami perceraian.

Semoga bermanfaat.

Oleh: Sinta Yudisia Wisudanti, M.Psi - Psikolog
Sumber: Majalah Hadila Edisi 183
Foto: Pexels-charles parker