Di tengah gemuruh kehidupan modern, masyarakat kembali dihadapkan pada tantangan serius yang mengintai kesejahteraan finansial dan keseimbangan emosional. Fenomena maraknya permainan judi slot online telah merebak, merambah ke berbagai lapisan masyarakat, bahkan hingga ke lingkaran pejabat. Baru-baru ini, video mengguncangkan hati masyarakat juga muncul, menunjukkan seorang pria tergeletak di jalanan karena minum pembersih lantai. Ironisnya, tragedi itu dipicu oleh kekalahan dalam permainan judi slot online yang menyebabkan tumpukan hutang dan akhirnya melahirkan rasa frustasi yang mendalam.
Di dalam kehidupan ini memang tak lepas dari ujian finansial yang datang silih berganti. Banyak di antara kita yang tak jarang terperangkap dalam jeratan hutang, dan penyebabnya bisa beragam. Namun, ada dua faktor penyebab utama yang seringkali menghantarkan seseorang pada jebakan hutang yang berlarut-larut kecanduan judi dan tantangan kesulitan ekonomi. Kedua faktor ini seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, yang dapat mengubah hidup seseorang dari stabilitas keuangan menjadi krisis finansial yang memilukan.
Hal ini tentunya menjadi permasalahan serius di kalangan masyarakat. Hingga pada akhirnya mereka menjadi terlilit hutang yang besar. Sadar bahwa hutang itu harus segera dilunasi dan dan juga kebutuhan hidup itu semakin meningkat. Lalu apakah solusi dari itu semua ?
Dr. Laily Dwi Arsyianti, Konsultan Keuangan menjelaskan beberapa tips dan langkah yang bisa dilakukan guna menghadapi lilitan hutang tersebut.
- Pertama, sadar bahwa utang yang banyak dan bertumpuk tersebut harus dilunasi, karena utang diwariskan kepada ahli waris
- Kedua, bertobat, banyak beristigfar dan banyak berdoa untuk dijauhkan dari sifat malas dan berutang. Sebagaimana Rasulullah Saw mengajarkan sebuah doa kepada Abu Umamah agar lepas dari kesusahan dan lilitan utang. Rasulullah Saw bersabda, "Bacalah doa, Allahumma inni a'udzubika minal hammi wal bazan, wa a'udzubika minal 'ajzi wal kasal, wa a'udzubika minal jubni wal bubkl, wa a'udzubika min ghalabatid- daini wa qabrir-rijaal."
- Yang artinya, "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kebingungan dan kesedihan. Aku berlindung kepada-Mu dari ketidakberdayaan dan kemalasan. Aku berlindung kepada-Mu dari kepengecutan dan kekikiran. Aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan penindasan orang."
- Ketiga, jual aset yang dimiliki seperti rumah, tanah, kebun, sawah, dan kendaraan, atau barang-barang yang sudah tidak dibutuhkan untuk melunasi utang-utang tersebut. Sering kali ada kita berpikir dan merasa bahwa harta/aset tersebut yang ada tidak menyukupi, padahal harta-harta tersebut dapat melunasi utang yang ada. Lunasi terlebih dahulu utang-utang tersebut, "kebutuhan" aset yang disebutkan tadi dapat diperoleh lagi kemudian sesudah kita lebih giat dan lebih produktif
- Keempat, lebih giat bekerja dan lebih produktif. Jika memiliki keinginan dan berusaha serta bekerja seoptimal mungkin, insya Allah, Allah akan membantu dan memudahkan segala keperluan kita. Allah akan melihat proses yang kita jalankan. Yakin, insya Allah keberkahan akan turun
- Kelima, berupaya menjadi orang yang dapat dipercaya. Utang memiliki kecenderungan seseorang menjadi pembohong
- Keenam, berupaya bersikap qana'ah, yaitu merasa cukup. Sikap ini merupakan pembiasaan dari rasa syukur
- Ketujuh, perbanyak sedekah. Jika biasanya hanya Rp100.000 per bulan, maka tingkatkan jadi Rp500.000 per bulan. Insya Allah sedekah mengundang keberkahan, tidak perlu takut dan ragu akan keberkahan sedekah, karena bisa jadi sedekah inilah yang menjadi jalan pelunasan utang
Oleh : Dr. Laily Dwi Arsyianti (Konsultan Keuangan)
Sumber : Majalah Keluarga Hadila edisi 152
Foto : istock-Khisha Tedjo